Laman

Friday, April 26, 2019

Berburu Senja di Baliana

Heyy guys! Here we are again! Petualang Labil kembali menyapa kalian semua dalam kesempatan yang kurang berbahagia ini. Kurang bahagianya karena sebelum dan setelah pemilu, sepertinya tidak ada kedamaian. Maksud Petualang Labil, kenapa coba harus saling menjatuhkan hanya karena berbeda pilihan politik? Memang dunia ini bubar setelah 17 April? C’mon people!


Karena masih berada di hawa panas perpolitikan, Petualang Labil akan menyegarkan Indonesia dengan postingan baru, yaitu Berburu Senja di Baliana.

“Persahabatan bagai kepompong, na na na na na na..”

Cerita Petualang Labil kali ini akan ditemani teman-teman Labilers. Siapa saja? Mereka adalah @ipitsaja si cewek kurus imut dan menggemaskan, merupakan teman masa Sekolah Dasar Petualang Labil guys. Lalu ada @1st.omen_jr yang merupakan teman semasa Sekolah Dasar Petualang Labil, juga @johanes_jovan teman semasa Sekolah Dasar Petualang Labil. Singkatnya, mereka adalah teman Sekolah Dasar Petualang Labil. Dan juga Harun. 


Awal mula kenapa Petualang Labil menyasarkan diri ke Baliana karena melihat postingan instagram milik @marianasogen di sana. Setelah bertanya, Petualang akhirnya memutuskan ke sana bersama @johanes_jovan dan teman lainnya si Harun.

Kunjungan pertama ini bersifat survey jadi tidak terlalu intim. Bertiga, kami berangkat dari Kupang menggunakan sepeda motor. Perjalanan ditempuh sekitar 45 menit menuju Baliana yang letaknya di Kupang Barat. Kami menyusuri Jalur 40, Pelabuhan Bolok, Lalendo, tersesat di kumpulan semak PLTU Kupang karena GPS menipu.


“Loh, bukannya situ yang memang keliru baca GPS?”


Setelah menertawai kekonyolan, kami kembali lagi dan mendapatkan air laut yang perlahan surut. Ternyata Pantai Baliana harus melewati semak-semak Kayu Kuning. Jalannya batu putih yang mengeras secara alami. Matahari yang sebentar lagi terbenam merupakan petunjuk alami yang kami yakini. 

Pantai Baliana tidak seperti yang lainnya, tanpa hamparan pasir serta pohon kelapa menari disembur angin sepoi. Yang Petualang Labil jumpai adalah hamparan karang, benteng penahan abrasi yang sudah ada secara alami, membentang jauh. Karang-karang tajam menghujam, jadi jangan lupa gunakan alas kaki yang tepat. 


Survey ini kami hanya berkesempatan mengambil beberapa gambar. Petualang Labil juga mengambil beberapa gambar untuk keperluan video. Labilholic jangan lupa juga untuk melihatnya di kanal Youtube Petualang Labil.

Kesempatan berikutnya, Petualang Labil mengajak @ipitsaja dan @1st.omen_jr ke Pantai Baliana. Sudah ada gambaran keadaan pantai. Labilers kemudian bergegas untuk menyiapkan semua perlengkapan seperti kamera untuk foto dan video. Targetnya adalah matahari yang terbenam.

Di sela-sela kunjungan Labilers juga berbincang dengan Tika, anak kecil yang sedang menjaga hasil meting orang tuanya. Tika sedang memainkan rumput laut tatkala beberapa temannya datang dan mengajaknya untuk pulang.

“Beta punya mama masih di sana,” ujung jarinya menunjuk pada tiga perempuan yang berada di laut yang sedang surut.


Si @ipitsaja gila juga salah satunya. Ia berjalan tanpa menggunakan alas kaki, padahal itu berbahaya karena Bulu Babi.

“Pakai sandal woyy! Awas kena injak Bulu Babi. Lu mau kempes ko?” Hardik @1st.omen_jr.

“Eihh, @1st.omen_jr ambil b punya sandal dolo, b suh malas mau kembali,” balasnya.

Akhirnya @1st.omen_jr harus mengantar sandal milik @ipitsaja. Saat menyerahkan sandal tanpa sengaja tangan mereka bersentuhan, tumbuhlah benih-benih cinta, dan sejak saat itu hidup mereka menjadi bahagia selamanya. Setidaknya mereka tidak menjalin cinta saat musim Pemilu Presiden.

“Awas nanti tiba-tiba menghilang.”


Momen terbaik yang Labilers rasakan bukan pada saat matahari pelan-pelang kembali ke peranduan, melainkan beberapa menit setelah matahari tenggalam dan beberapa sebelum gelap. Menjadi keberuntungan kunjungan yang kedua ini karena petang itu langit jingga menjadi suguhan Tuhan atas kunjungan kecil Labilers. Awan yang berduyun-duyun bergiring rendah di atas kepala kami berbisik melalui angin.


Dan begitulah, ketika niat berburu sunset ini digabungkan dengan sedikit keberuntungan, maka pemandangan indah ini yang berhasil kami dapatkan. Sudah selayaknya Labilers bersyukur untuk momen yang belum tentu didapatkan oleh pengelana lainnya.


Keindahan ini harus terus dijaga. Harus terus dilestarikan. Caranya? Jangan buang sampah, dan jangan bertindak vandal. Petualang Labil berharap semoga kawasan ini bisa diperhatikan pemerintah. Jangan diprivatisasi, tapi dikembangkan menjadi daerah pariwisata untuk kemakmuran masyarakat sekitar. Akses jalannya sudah bagus, selanjutnya adalah tindakan kreatif dari pemerintah dan masyakarat sekitar.


Akhirnya, saya selaku Presiden Republik Labil mengucapkan selamat atas terpilihnya Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia yang baru. Semoga Indonesia menjadi jauh lebih baik dan pariwisata di Nusa Tenggara Timur bisa menjadi tempat yang gokil! Salam Petualang Labil.

5 comments:

  1. I feel falling in love either with this story or with the writer ????. I was still confused

    ReplyDelete
  2. kemarin baru aja kesini
    bagus banget ternyata....
    apalagi pas surut

    ReplyDelete
  3. wooooaaaaaa....
    Indah banget senjanya mas broo
    Starterpack anak indie banget nih
    Senja, kopi dan asam lambung. Eh!

    ReplyDelete