Laman

Saturday, January 21, 2017

Pakian Adat Perempuan Alor



Ujung Timur Nusa Tenggara, tanah matahari membangun harapan di setiap hari baru. Tanah itu namanya Alor. Daratan eksotis berpenduduk hitam manis. Dipercaya sebagai lembah magis, dengan hamparan pariwisata dan kebudayaan hidup dengan strategis. 
Berbicara tentang budaya di Alor, orang-orang tentu sudah sangat akrab dengan peninggalan satu ini. Moko. Ya, moko, yang eksistensinya sudah mendarah daging di dalam kehidupan orang Alor. Dari jaman dulu, moko sudah menjadi bagian dari tonggak sejarah kehidupan masyarakat. Fungsinya sendiri sering dijadikan belis atau mas kawin dalam adat perkawinan orang Alor.


Nah, ternyata bahasan saya kali ini bukanlah mengenai Moko yang telah saya singgung di atas itu. Kasihan yah, dikasih harapan palsu. Tapi tenang saja, bahasan saya ini tidak akan kalah menariknya dari Moko sebab saya akan membahas tentang pakian adat yang khusus dikenakan oleh perempuan Alor. Fokusnya, di Kampung Takpala, rumah suku Abui yang merupakan salah satu suku tua yang mendiami Pulau Alor. 


Pakian adat ini bernama Kafate atau dalam Bahasa Indonesia disebut dengan sebutan kain sarung adat. Kafate merupakan benang-benang yang dipintal lalu ditenun menjadi sebuah kain sarung. Menggunakan warna dasar hitam, Kafate memiliki berbagai macam  corak. Yang menjadi warna coraknya biasanya warna gelap seperti merah tua, kuning tua dan warna lainnya sehingga coraknya tampak sangat melekat dengan latarnya. Sedangkan bentuk corak yang digunakan di kain sarung ini pada umumnya berbentuk horizontal dan dibuat dengan ukuran sedikit lebar.



Pakian yang dipakai oleh mereka ini sering sekali dipakai oleh pengatin perempuan alor terutama saat pesta pernikahan yang dibaluti oleh nuansa adat alor. Biasanya selain Kafate pengantin perempuan juga menggunakan selendang, ada kerudung kepala dan ikat pinggang berbahan logam. Mereka juga memakai mahkota, juga tidak lupa menenteng serta tempat menaruh sirih pinang (tas kecil dari anyaman dedaunan).


Selain itu, perempuan alor juga menggunakan anting-anting yang terbuat dari emas ataupun perak. Lazim disebut dengan sebutan Giwang. Mereka juga menggunakan gelang tangan dan tusuk konde, walaupun lebih banyak dari perempuan suku Takpala membiarkan rambut mereka dilepas begitu saja tanpa diikat. Sebagian dari mereka juga menggunakan tutup kepala dari kain tenunan yang berfungsi juga sebagai tempat menyimpan sirih pinang.


Gimana? Cantik-cantik khan? Jangan dipelototin, santai saja lihatnya. Apalah dayamu yang cuman bisa menatap gambar ini, wahai jomblo. By the way, thank you buat Roys yang sudah mengirimkan foto-fotonya sebagai pendukung review saya tentang Pakian Adat Perempuan Alor ini. Mau tahu banyak tentang Roys? Langsung follow saja instagramnya @roys93aritonang Orangnya yang kiri atas tuhh :D
Sekian reviewnya. Semoga bermanfaat buat yang membutuhkan. Mari kita terus menjaga keberagaman budaya nusantara yang kaya ini. Terus lestarikan hingga nanti generasi yang akan datang juga bisa menikmati sama persis dengan apa yang kita nikmati saat ini. Dari Bumi Kenari, Salam Pesona Indonesia.