Laman

Monday, February 28, 2022

A Lot of Love

Bali, kata orang, penuh dengan sejuta keindahan. Entah itu alam, budaya, maupun orang-orangnya. Ya, bisa saja hal itu merupakan hal yang benar, tapi menurut pendapatku, harusnya benar, karena Bali benar-benar menggantungkan kehidupan kepada keindahan-keindahan itu, jadi, seharusnya benar.

Sudah sejak Februari 2020 ini Petualang Labil memutuskan untuk pindah ke Bali. Tidak mudah memang, meninggalkan kampung halaman, keluarga, sahabat-sahabat yang baik, tapi karena ini tentang pekerjaan, jadi Petualang Labil mengambil keputusan tersebut.

Sekarang, Petualang Labil akan kembali melanjutkan cerita petualangan yang dijalani selama di Bali. Untuk tempat pertama, Petualang Labil akan menceritakan tentang satu dari sekian, yaitu Tanah Lot.

Yap! Tanah Lot sudah banyak memang yang mengenalnya, namanya masyur hingga ke kancah internasional. Sayang sekali karena masih dalam masa pagebluk covid-19, jadi tempat ini menjadi lumpuh dari kunjungan wisatawan. 

Kunjungan Petualang Labil ke Tanah Lot ditemani oleh Bearo. Yap! Labilers ini jauh-jauh datang dari Sulawesi untuk jalan-jalan ke Pulau Bali. Ceritanya, Bearo waktu itu ingin mencoba kuliner daging babi yang dijual di satu warung yang letaknya di Jalur Denpasar-Tanah Lot. Sangking pengennya, padahal masih ada juga kudapan lain yang beraneka babi di sekitaran Kuta maupun Denpasar, tapi mungkin karena udah ngebet banget, jadi kami pun berangkat menuju ke Tabanan.

Karena sudah sejalur dengan Tanah Lot, akhirnya kami melanjutkan perjalanan menuju ke sana. Suasana agak sepi, bukan hal yang seharusnya dijumpai di Tanah Lot. Banyak lapak yang terlihat ditutup karena hampir tidak ada pengunjung. Beberapa freelance photographer tampak menawarkan jasa mereka, pun dengan beberapa penjual dagangan kreatif, berlomba-lomba agar tetap berpenghasilan agar tetap hidup.

Tanah Lot ini kebetulan secara geografis sangat bagus untuk menonton matahari terbenam, karena letaknya agak ke bagian barat. Suasana matahari terbenam sangat bagus, apalagi saat terpaaan cahaya senja menghantam ke pantai dan juga Pura Tanah Lot. Suasana seperti ini jangan sampai kalian lewatkan sendirian, ajaklah keluarga maupun pasangan kalian, sebab alam dapat membantu kalian untuk mengisi kembali perasaan yang miliki terhadap orang-orang kesayangan kalian, A Lot of Love.

“Kayanya lagi puber, mentang-mentang jalannnya berdua sama cewek,”

Petualang Labil dan Bearo menghabiskan senja hingga tak bersisa. Kami berfoto di sepanjang senja, dan Bearo mengeluhkan kenapa foto saya hanya dibuat dengan satu macam gaya saja? Petualang Labil pun heran, apa maksudnya?

“Nih liat foto kamu, cuman nyengir doang fotonya, sedangkan liat muka aku, gak gitu-gitu aja kan ekspresinya?” 

Weshh angel..

Kami beranjak pulang ketika malam telah tiba. Tentu saja kelelahan kami rasakan karena perjalanannya panjang, dan tanpa sadar Bearo sudah tertidur ketika kami pulang. Tanah Lot memang tempat yang tenang, mungkin juga dengan sedikitnya pengunjung yang ke sana, membuat suasana menjadi lebih nikmat untuk dinikmati, mungkin yah, walaupun suasana itu tidak penting bagi para pedagang di sana karena kalau tidak bisa menjual pun, sama saja.

Sebenarnya, ini bukan pertama kali Petualang Labil datang ke Tanah Lot. Sebelumnya Petualang Labil berkunjung pada tahun 2020 bersama dengan Chent, Labilers yang sudah sering nampang di tulisan Petualang Labil. Waktu itu karena satu dan lain hal, jadi Chent datang ke Bali dan kami memutuskan untuk ke Tanah Lot.

Nah, sekian dulu dari Petualang Labil. Untuk para Labilholic, jaga selalu kesehatan kalian, dan kita berharap agar pagebluk ini bisa segera berakhir agar bisa lebih leluasa untuk bepergian. Stay safe, stay healthy, salam Petualang Labil.