Laman

Tuesday, October 8, 2019

OTW Sikka

Wuhuuu! Wankawanka! Bertemu lagi di Blog Petualang Labil, blognya blogger amatiran! Mengawali tulisan ini, Petualang Labil ingin meminta maaf untuk keterlambatan Petualang Labil kembali hadir ke hadapan para pembaca yang budiman nan suci dan tak berkalang noda, yang mana seharusnya sebulan sekali malah menjadi undur dua bulan, karena ada beberapa kesibukan yang memang sulit untuk dihindari. Sibuk bertahan hidup dalam kesendirian.

Nah, untuk tidak membuang waktu, mungkin kalian sudah terkencing-kencing ingin membacanya, Petualang Labil akan menceritakan perjalanan Petualang Labil bersama Puput Mandaru dan Vester Bili saat berada di Maumere. Eh, lupa juga emak kos Tinny Bhoka dan bapak kos Luis Penu. Panggil kami Labilers!


Perjalanan kita ke Maumere menggunakan ferry dari Kupang via Larantuka, bersama rombongan Epank Tallo bersama keluarga untuk menghadiri hajatan sambut baru. Kami menghabiskan sekitar dua belas jam perjalanan laut. Enakkan juga pakai ferry daripada pesawat. Sunset di tengah laut, adalah alasannya.



Oh, Tanah Nagi, kau membuatku merindukan sengatan matahari yang terik itu. Tak apalah, beristirahat sekitar dua jam, kami menghabiskan tidur kami di rumah milik Ka Adi dan Ka Uchy, kerabat Labilers sewaktu mereka masih berada di Kupang. Enak juga punya banyak teman, kenalan, keluarga, kalau numpang-numpang istirahat kek begini kan tidak kesulitan.


Kami langsung menuju ke Maumere setelah kami beristirahat.

“Ete, su pernah pi Maumere pake bis?”

“Belum.”

“Okey, cari ojek..”

Kami berangkat barang pukul 10.30 Wita. Terima kasih banyak ka Adi yang sudah memesan bis untuk menjemput kami di rumah. Buat ka Uchy, terima kasih juga untuk masakannya sebelum kami berangkat ke Maumere.

“Nanti kalau Ade sambut baru nah kamu datang ke sini ewhh, jangan cuman ke Maumere hanya cari du’a saja ewhh.”

Firasatku agak kurang enak nih.

Bis melaju pelan, menghancurkan setiap kelokan trans Flores. Perjalanan menyenangkan karena suguhan pemandangannnya tidak dapat membunuh rasa bosan dalam perjalanan. Agak gundah juga karena bis berjalan agak pelan, tapi tidak apalah, karena keselamatan tetap menjadi nomor satu dalam kegiatan apapun yang kita lakukan.

Ngomong-ngomong, singgah dulu yah. Ini adalah Tanjung Dungbata, keindahan landscape bukit dan laut dalam satu pandangan mata, serta Pulau Konga yang menyendiri tapi tetap asik, seperti Petualang Labil. Tempat ini memang jadi tempat transit favorit. Petualang Labil juga lihat di akun facebook teman dan meminta supir bis untuk singgah barang 10 menit untuk mengambil beberapa gambar tempat ini.



Selepas foto dan mengambil gambar video, kami lalu melanjutkan perjalanan. Pukul 15.00 aroma Maumere mulai tercium di batang hidung Petualang Labil. Bergidik sudah bulu-bulu roma, tak sabar mengeksplorasi tempat yang untuk kali kedua Petualang Labil datangi. Kedatangan Petualang Labil yang pertama ada di sini.

Kita diturunkan di terminal pada pusat kota Maumere. Selama memasuki kota Maumere, Petualang Labil membangun komunikasi dengan Unni, kerabat Petualang Labil.

“Kalau sudah sampai nanti WA saja,”

Okey sekarang sudah sampai, dan Petualang Labil lupa memberi kabar. Dengan penuh kebingungan Labilers duduk di pinggir jalan, menanti Puput yang sudah sampai dahulu menggunakan pesawat.

“Ete, lihat itu orang, siapa yang bawa motor ngangkang begitu?”

Makin dekat orang itu kepada kami, PUPUT!? 

“Weh susah weh, beta bawa koper nah, sonde ada tempat buat pijakan nah makanya beta bawa motor kek ngangkang begini.”

Setidaknya kami sudah berkumpul. Rencana awal kami adalah menginap di rumah emak kos, tapi tidak ada satupun dari antara labilers yang mengetahui dimana rumah emak kos. Mana motor kurang satu, apa yang harus kami lakukan?

Emang rejeki gak pernah jauh chuy. Waktu otak kami hampir jatuh karena putus asa tidak bisa dipakai, munculah Unni melintas di depan kami.

“Hihh, untung kakak teriak tadi kalau tidak saya dengan kakak In su lewat. Tapi hebat bisa tanda kami padahal kami tidak lihat kakak mereka ada duduk di sini.”

Aduh Unni, untung lah engko lewat, kalau tidak kami tidak bisa sampai rumah emak kos. Emak kos juga belum pulang kerja jadi pilihan terakhir tanpa Unni ialah menunggu emak kos pulang kerja, kami luntang-lantung sodara sodara.

Singkat cerita, kehadiran Unni dan Ka Indri membantu kami untuk bertemu dengan induk yang siap menampung kami saat berada di Maumere. Kami diantar sampai Centrum, alamat rumah emak kos.

Pertemuan mengharu-biru, air mata kebahagiaan mewarnai pertemuan tersebut. Ingus juga tidak mau kalah keluar dari hidung. Emak kos yang sudah lama pindah ke Maumere perlahan curhat kalau di Maumere pun dia masih menjomblo.

“Ah, kita sama mak.”

Yuhu, makan malam, mandi, cuci pakian dulu, dan kita memulai pemanasan sebelum esok mulai eksplorasi Kabupaten Sikka dan sekitarnya. Rencana matang bos, tapi nanti lihat pelaksanaannya. Tapi malam ini kami ingin melihat langsung Monumen Tsunami. Ah ya, sebelum berangkat, bapak kos a.k.a Luis Penu muncul. Kami berlima langsung berangkat.

“B senang ewh besong datang...”



Juga kami mengunjungi Patung Kristus Raja Semesta Alam. Letaknya di Kota Uneng. Di sini kami menyalakan lilin dan berdoa. Vester berdoa khusus minta jodoh.

Ada cerita yang menarik untuk Petualang Labil beritakan. Menurut cerita, pada tahun 1992 saat Tsunami menghantam Maumere, Patung Kristus Raja membalikkan badannya dan membentangkan tangannya. Sontak air yang berusaha menggaruk patung itu untuk dijatuhkan terbelah menjadi dua dan terus menghantam bangunan sekitar patung. Setelah semuanya selesai, Patung Kristus Raja kembali ke posisi semula.

Saat berkunjung dan berdoa di hadapan Patung Kristus Raja pun suasana magis memang sangat kental. Khusuk adalah kesan pertama yang didapatkan. Bahkan untuk foto pun kita disarankan untuk mengambil jarak agak jauh dari Patung Berwarna Emas tersebut.


Selesai menyusuri beberapa tempat ikonik di Maumere, kami kembali ke rumah untuk beristirahat. Lanjutan trip di Maumere akan diawali dengan Wisata Rohani ke Lela. Gereja ikonik ala Portugis yang dibuat pertama kali di Maumere. Ikuti terus Blog Petualang Labil untuk melihat keseruan kami dengan kelucuan, romantisasi setiap sudut perjalanan dan kenangan yang berbaris. Ingat Wankawanka, saat trip jangan buang sampah dan melakukan vandal. Perjalanan adalah tentang belajar menghargai, jadi, jadilah orang baik mulai diri kalian sendiri. Salam Petualang Labil!