Laman

Wednesday, December 19, 2018

Bait Pendek-Senja Desember Naioni


“Sebutkan namanya. Aku ingin disiram rindu kala ucapanmu terngiang di telingaku. Perasaan ini masih saja meluap-luap karena langkah kaki masih dibelenggu jarak. Aku ingin pulang kepada masa kecilku ketika berlari di lapangan rumput. Aku tahu aku akan ditelan hijaunya sabana. Aku suka wajahku disiram lembayun senja.”

Hallo Labilers! Wahh, kita bertemu lagi nihh guys. Gimana nihh kabarnya?
“Walahh ko sehat lahh..”
“Kau omong jangan muncrat lahh..”
Semoga kalian dalam keadaan yang sehat walafiat. Kalau lagi sementara sakit, baca saja blog Petualang Labil, dijamin deh, akan sembuh. Yakin? Bacalah sambil minum obat yang teratur, jaga pola makan, dan istirahat yang cukup maka kalian akan sembuh.
“Kalau sakitnya ditinggal kekasih?”


MODAR!
Nahh Labilers, kali ini Petualang Labil akan membagikan pengalaman Petualang Labil di Naioni. Kebanyakan yang tinggal di Kota Kupang pasti tidak asing dengan nama Naioni kan? Yapp, benar sekali. Naioni merupakan sebuah kelurahan yang masuk dalam wilayah administrasi Kota Kupang. Tidak asing juga kan, dengan Taman Baca yang diresmikan Ibu Ani Yudhoyono?
“Awas disinggung sama memo di Instagram om,”
Kalau kalian bertanya, apa istimewanya Naioni? Kelurahan yang terletak di sudut luar Kota Kupang itu memang dianggap tidak begitu istimewa oleh kebanyakan orang di Kota Kupang, pun demikian dengan pemikiran Petualang Labil pada awalnya. Hanya saja, ketika mengikuti kegiatan Bakti Sosial dari kelompok Orang Muda Katolik Paroki Santa Famila Sikumana, masyarakat setempat bercerita tentang sebuah padang rumput yang berada di lingkar luar kelurahan tersebut.
Berdasarkan penjelasan warga, Petualang Labil bersama dengan beberapa teman OMK mencoba menelusuri jalan pikiran, salah, jalan kelurahan Naioni. Melewati bererapa tikungan, Valentino Rossi yang sudah tidak muda lagi masih bisa memberikan perlawanan sengit kepada bekas kompatriotnya di Yamaha, Jorge Lorenzo. Kehidupan mereka pun berakhir bahagia karena Marq Marques mentraktir mereka makan daging anjing dengan sayur kol.
Akhirnya tiba juga di padang yang dimaksudkan oleh para warga Naioni. Letaknya tidak terlalu jauh. Sedikit bergelombang tekstur tanahnya, mungkin bekas kebun milik masyarakat. Singgasana hijau itu dimahkotai oleh perbukitan. Yang membuat tempat ini tampak luar biasa adalah, terbenamnya matahari di pelupuk sebelah barat bumi.


Langit sore itu tidak tampak terluka dengan hadirnya beberapa awan hitam pembawa hujan. Sama sekali tidak buruk sama sekali tidak buruk sama sekali, Ferguso. Lembayun senja, sinar jingganya seperti melambai-lambai. Di dalam bola mata itu, aku bisa melihat cahaya mentari terpancar, dan dari hati itu, aku bisa merasakan kehangatannya.
“Seluruh kota merupakan tempat bermain yang asyik, oh senangnya aku sibuk sekali,”


Petualang Labil benar-benar menikmati nuansa itu. Rasanya lebih nikmat daripada daging anjing dengan sayur kol. Jika kalian merasa jatuh cinta, jangan membuat hati dan pikiran kalian menjadi rancu. Datang saja dan ambil beberapa gambar. Semua itu tidak menjadi masalah, yang penting kalian tidak merusak tempat ini dengan sampah, vandalism, dan pikiran kotor kalian.
Sekian dari Petualang Labil kali ini. Untuk semua pembaca, Petualang Labil mengucapkan Selamat Hari Natal dan Tahun Baru. Semoga tahun 2019 tidak ada drama politik biar Indonesia bisa lebih maju lagi. Salam Pesona Indonesia.