Laman

Tuesday, September 27, 2016

PELARIAN KE PANTAI FETONAI




Libur tiga hari, dimulai dari sabtu tanggal 10 September hingga senin 12 September 2016. Waktu yang sangat sempurna untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan. Apalagi kalau bukan sebuah perjalan ke tempat baru, yang bersembunyi di balik jejalanan berbatu. TRIP!
Perkenalkan, orang-orang yang akan mendapat sorotan lampu panggung. Tempat pertama, sebuah kehormatan kepada satu-satunya gadis yang mengambil bagian dari perjalanan ini, Trisah.  Tempat kedua, pemain lama yang baru diperkenalkan, Dion. Ada juga Mark, pemain yang sama sekali baru dari semua perjalanan. Dan aktor intelektual, Gohan.
Mendekati tri hari libur, Gohan sudah merencanakan banyak perjalanan yang harus ia lalui. Rencana pertama adalah pergi ke Oinlasi. Tujuannya adalah Desa Suku Dalam Boti dan Air Terjun Oenitas. Rencana kedua, pergi ke Kolbano. Tinggal di sana selama dua malam, dan dengan waktu yang panjang itu, banyak spot yang bisa dieksplorasi. Rencana ketiga, Pantai Liman Semau. Alhasil, semuanya batal!
Tidak ada uang yang cukup jelas hambatan. Trip membutuhkan modal, jadi apa yang bisa kamu lakukan dengan selembar uang Rp. 2.000,00 dan selembar uang Rp. 5.000,- di dalam dompetmu? Dan begitulah, Gohan hanya bisa meratapi setiap menit yang akan membunuh hari liburnya tanpa bisa melakukan trip.
Darah berdesir deras di dalam pembuluh anak itu. Ia sudah kepanasan dan tidak tahan apabila tidak melaju ke arah matahari. Ini sudah hari senin, pukul 11.00 mendekati tengah hari. Ia nekat, meminjam satu lembar biru dari ibunya, sebuah tindakan yang memalukan karena ia harus meminjam uang ibunya untuk melakukan tripnya. Seharusnya ia yang sudah mandiri itu membiayai hobinya sendiri. Gohan lagi apes, gaji dua bulan terakhir belum sampai genggamannya. Nasib lagi tidak baik. Ia ingin melakukan trip, terkendala biaya. Tapi tanpa trip, dia gila. Jadi, pinjam saja uang ibunya.

Pantai Fetonai

Mendekati 11.20 Gohan bergegas cepat ke rumah Mark. Mereka bersiap meluncur ke mana saja tempat yang ada lalu lalang di pikiran mereka. Sesampai di sana, Mark langsung berkemas. Dia kemudian menyampaikan kabar mengenai Dion dan Trisah yang juga ingin melakukan trip. Berempat, mereka bergabung, menjadi Boyband. Oh, bukan, tapi yang benar adalah teman seperjalanan.
Tepat 12.15 ketika semua persiapan selesai, mereka beranjak menuju Usapi, tempat yang awalnya direncanakan oleh Gohan dan Mark. Dimulai dari Sikumana, mereka melaju dengan tenang melewati Belo. Lalu terus ke arah selatan hingga mencapai desa Kuaputu. Dari sana melewati jalan berbatu  di bawah terik matahari, terasa melarang perjalanan mereka untuk terus berlanjut. Namun tekad mereka cukup keras untuk mencapai Usapi. Dan begitulah, mereka terus berjalan bersama roda sepeda motor yang terus melingkar.
Beberapa Warga Yang Beraktifitas



Sampai di Usapi, pukul 13.30 WITA. Mereka sedikit beristirahat. “Pantat pegal memang.” Trisah sedikit meringis. Tidak heran memang. Jalan yang berbatu itu memang menuntut pengendara untuk extra hati-hati dan berkendara dengan konsentrasi. Salah jalan, mereka akan berhadapan dengan batu besar yang akan berefek pada motor menjadi rusak.
 
Jalan Berbatu



Tidak puas hanya di Usapi, mereka melanjutkan perjalanan mereka ke pantai selatan. Itu adalah pantai yang ada di Fetonai, Desa Tasikona, Kecamatan Nekamese Kabupaten Kupang. Di sana, warganya masih hidup bergantung dari penghasilan sebagai nelayan, padahal aset mereka sangat besar untuk diolah menjadi uang yang cukup, melebihi penghasilan mereka sebagai nelayan. Apalagi, hasil dari melaut tidak begitu bagus, karena mereka harus menghantar tangkapan mereka ke kota, yang notabene berjarak lumayan jauh hanya untuk sekedar menghantar ikan. Jelas, obyek wisata bahari ini perlu dikelolah pemda setempat sebagai sebuah jalan keluar yang kurang lebih tepat, agar dapat pemasukan sehingga bisa meningkatkan hajat hidup masyarakat sekitar. Sepanjang pemda bisa memberikan pembekalan pengelolahan pada masyarakat, dan tidak menjatuhkan pada investor yang bisanya menjaga keuntungan tanpa menjaga alam, kenapa tidak?
Dari atas perbukitan, ombak putih sang putri telah melambai. Pukul 14.20, setelah bertanya kepada warga yang berada di sepanjang jalan, akhirnya rombongan itu tiba juga di Pantai Fetonai. Tidak ada satu pun orang yang berkunjung ke sana pada hari itu. Pantai dengan garis pantai cukup panjang itu memaparkan pemandangan laut selatan hingga di ujung pandangan berwarna biru laut. Angin pantai selatan yang kuat itu menggulung-gulung ombak yang tidak terlalu besar, namun sedikit ganas. Rombongan beristirahat sejenak.

 
Pantai Fetonai
Pantai Fetonai
Pantai Fetonai
Pantai Fetonai


Setengah jam, rombongan kembali bergerak. Saatnya menyusuri sisi lain pantai ini. Mengeksplorasi pantai perawan ini, mereka bergerak dengan kuda besi. Sasaran mereka adalah sebuah gua. Gua batu tersebut memiliki dua pintu, dan ruangan di dalamnya di sambung oleh koridor alam. Gua yang tidak luas, tapi jelas nyaman untuk bersantai di dalamnya. Siapapun yang ke sana akan dimanjakan oleh pasir pantai yang lembut dengan pemandangan laut menawan dan angin yang menyegarkan.
Gua di Pantai Fetonai
Gua di Pantai Fetonai
Gua di Pantai Fetonai
Gua di Pantai Fetonai
Gua di Pantai Fetonai


Setelah mengeksplorasi gua, Gohan langsung bergerak ke tempat lain untuk mencari sudut pandang lain menikmati pantai. Sedikit bergerak ke barat, sementara teman-temannya beristirahat sesaat. Ia menapaki jalan setapak dan tiba di tanah lapang kecil. Pemandangan lebih menakjubkan dibandingkan dari dalam gua. Dari sana pantai terlihat lebih luas, dan burung-burung beterbangan dengan bebas di sana. Tempat yang masih sangat alami. Kekayaan ini perlu di jaga senatural mungkin, dan dijauhkan dari tangan investor yang ingin meraup keuntungan tanpa memikirkan keindahan hayati alam ciptaan Tuhan.

Pantai Fetonai
Pantai Fetonai
Pantai Fetonai


“Baru selesai foto dari sana.”
“Selesai di sana, di sini juga.”
Pantai ini memiliki keindahan yang luar biasa. Dari atas gua, pemandangan benar-benar memanjakan nurani. Pantai ini membuat mereka jatuh cinta akan keindahannya.

Pantai Fetonai
Pantai Fetonai
Pantai Fetonai
Pantai Fetonai
Pantai Fetonai


Dua jam sudah waktu yang dihabiskan oleh Mark, Tri, Gohan dan Dion. Mungkin ini saatnya pulang. Jadi, mereka langsung mengambil motor masing, dan kembali menyusuri pantai untuk pulang. Kembali mendaki perbukitan, menapaki jalan berbatu dengan hati-hati. Istirahat sebentar, mereka mengambil foto senja yang hampir tertelan di balik perbukitan di sekitar Usapi. Cahaya keemasan masuk diantara rerimbunan daun cemara, menyinari dengan penuh kuasa. Sebentar lagi malam, tapi matahari terbenam selalu memberikan bekas berkesan di setiap .memori para insan.

 
Bukit Usapi
Bukit Usapi
Bukit Usapi

18.30 petang, pelarian ke Fetonai telah usai. Mereka pulang ke rumah masing-masing. Perjalan ini sederhana, tapi begitu mengesankan. Menemukan tempat baru untuk dinikmati, tidak ada salahnya bukan lari dari dunia yang selalu membuatmu penat. Membuang semua kegalauan akibat kehidupan yang terlalu banyak memberikanmu tekanan kepada alam. Tenang saja, tidak ada salahnya. Alam akan mengelolah perasaanmu itu menjadi segar kembali. Seperti dedaunan yang mengubah Karbon Dioksida menjadi Oksigen agar kita tetap bernafas dan melangkahkan kaki menuju titik tertinggi dalam hidup kita yang disebut dengan kesuksesan.
“Tempat ini masih perawan. Masih terlalu bagus. Akan sangat terhormat apabila kita semua bisa menjaga tempat ini tanpa meninggalkan kerusakan apapun. Jangan buang sampah sembarangan. Tindakan ini sangat sederhana, tapi kalian harus tahu, dibalik kesederhanaannya itu, lingkungan bisa tetap bersih, dan akan sangat menyenangkan menikmati lingkungan yang bersih. Dan juga, tidak perlu menjadi vandalis dengan mencoret-coret tempat di sini. Aku khawatir, mungkin suatu saat akan ada manusia-manusia tidak bertanggung jawab datang, kemudian merusak gua di sini dengan coretan nama busuk mereka. Tindakan yang sangat tidak beretika bukan? Jadi, marilah kita lebih bertanggung jawab agar alam ini tetap asri, dan bisa kita estafetkan pada generasi yang akan datang. Salam, dari Fetonai, pantai perawan.”
Pidato singkat yang cukup menyentuh dari Mark.
Demikian perjalanan ini. Jangan mengambil apapun selain foto, dan jangan tinggalkan apapun selain jejak. Apabila kalian membuang sampah sembrangan, kalian adalah sampah yang sebenarnya. Salam Trip untuk para petualang! Sampai jumpa di perjalanan selanjutnya.

 
Happy Trip!