Laman

Thursday, September 17, 2015

“SEMANA SANTA”



Larantuka, sebuah kota kecil yang berdasarkan administrasi merupakan ibukota Kabupaten Flores Timur terletak di Kawasan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kota eksotis dengan panorama alam yang masih tergolong alami ini, terletak memanjang sepanjang garis pantai.
Nah, di kota inilah hidup suatu tradisi devosional bagi umat khatolik Keuskupan Larantuka yang disebut Pekan Suci di Larantuka, atau lebih akrabnya disebut dengan Semana Santa. Kesempatan ini juga selalu diikuti oleh peziarah yang berduyun-duyun dari bermacam-macam tempat di Indonesia, bahkan luar negeri. Tradisi yang sudah hidup lebih dari lima abad dan masih akan selalu hidup ini selalu dirayakan pada setiap momen paskah. Mau tahu apa itu tradisi Semana Santa dan bagaimana jalanya perayaan sudah berumur lima abad tersebut? Berikut ulasannya sebagaimana dikutip dari buku Hari Bae di Nagi Tana (Pekan Suci di Larantuka) yang ditulis oleh Romo Fransiskus Emanuel da Santo, Pr. dan Drs. Bernardus Tuhan, dan pengalaman penulis sendiri setelah bebarapa kali mengikuti secara langsung Semana Santa di Larantuka.
1.   Minggu Daun-Daun
Sebagaimana bagi umat Khatolik di seluruh dunia, dalam kalender liturgi terdapat suatu jajaran waktu dengan range tujuh hari dalam satu tahun, ditetapkan sebagai Pekan Suci yang diawali dengan Minggu Daun-Daun sebagaimana hal ini dipertahankan dalam Tradisi Gereja Khatolik untuk memperingati Tuhan Yesus yang disorak-soraki sebagai Mesias, disambut sebagai Raja ketika masuk ke dalam kota Yerusalem (Hosana Filio David).
Di Larantuka sendiri, Minggu Daun-Daun disebut dengan Dominggu Ramu yang diawali dengan misa Minggu Daun-Daun dan juga diadakan prosesi perarakan sebagai salah satu perayaan devosional. Confreria (Sahabat Kristus) mengadakan perarakan keliling Gereja Katedral Larantuka. Perarakan ini dinamakan Persisan.

2.  Rabu Trewa
Pada hari berikut setelah Minggu Daun-Daun (senin-selasa) belum ada kegiatan Semana Santa. Umat, dan para peziarah yang sudah ada pada saat ini dapat melakukan kegiatan-kegiatan rohani sebagai persiapan untuk menyambut Trihari Suci Gereja Katolik. Misalnya berkunjung ke tempat-tempat doa yang ada di Larantuka, atau menonton Jalan Salib Hidup. Jalan Salib Hidup merupakan pertunjukkan drama penyiksaan Tuhan Yesus yang diperankan oleh Orang Muda Katolik Keuskupan Larantuka. Ada juga orang-orang yang melakukan Tikam Turo, yaitu memasang pagar kayu yang digunakan untuk memasang lilin pada saat perarakan Devosi Jumat Agung. Beberapa orang juga bertugas untuk membuat Armida, tempat perhentian pada saat Devosi Jumad Agung.
Pada hari rabu barulah kita akan melaksanakan salah satu tradisi khusus, yaitu Rabu Trewa. Pada pagi hari akan diadakan upacara mengaji (berdoa). Kemudian pada sore hari Mama Muji (Ibu-Ibu yang berdoa dengan cara memuji Bunda Maria). Malam harinya, Confreria bersama umat melaksanakan Lamentasi atau Ratapan Nabi Yeremia di Gereja Katedral Larantuk dengan corak Portugis.
Ada hal yang semacam disayangkan adalah mulai berkurangnya tradisi pada Rabu Trewa. Setelah mengadakan Lamentasi, umat membunyikan bunyi-bunyian dengan memukul maupun melempari benda-benda yang mampu menimbulkan bunyi berisik sambil berteriak “TREWA! TREWA! TREWA! TREWA!” Bunyi-bunyi tersebut merupakan tanda memasuki masa tenang. Khusuk. Dalam ketenangan ini, kita dilarang untuk mengadakan pesta apapun itu, meminum minuman keras, membuat keributan (Bestori), dan beberapa hal lainnya. Malahan, dahulu pada saat Rabu Trewa semua yang berada di luar Larantuka kembali sebagai persiapan menyambut Tri Hari Suci.

3.   Kamis Putih
Sebagaimana yang terjadi dari dulu di seluruh dunia, umat Katolik berbondong-bondong pergi ke gereja untuk merayakan Perayaan Misa Kamis Putih. (jelaskan makna misa kamis putih)
Setelah perayaan misa selesai, bisa dibilang Larantuka sudah memulai dengan “periode sibuk”. Seingat penulis, pada saat ini, Umat Katolik di seluruh kota Larantuka akan tumpah ruah untuk mengikuti Adorasi atau penyembahan kepada Sakramen Maha Kudus di gereja. Dari waktu selesainya Misa Kamis Putih sampai dengan pagi hari, umat akan bergantian mengadakan Adorasi sesuai dengan jadwal yang telah dibuat oleh Panitia Semana Santa.
Selain Adorasi, umat juga akan berkunjung ke Kapela Tuan Ma atau Kapela Maria untuk mencium Patung Tuan Ma atau Bunda Maria Mater Dolorosa. Sebelum umat diperbolehkan untuk mencium Patung Bunda Maria, di Kapela Tuan Ma, oleh Confreria diadakan upacara Muda Tuan yaitu membersihkan, memandikan, dan merias Patung Tuan Ma. Dalam busana biru lasuardi, Patung Maria Mater Dolorosa diletakkan di atas Tumba atau usungan di tengah kapela. Lalu devosi dapat dimulai. Dimulai dari Raja dan Keluarga Kerajaan Larantuka akan mencium Patung Maria Mater Dolorosa. Diikuti oleh Badan Pemerintah Confreria. Setelah itu pintu kapela akan dibuka, dan umat yang sudah masuk dapat masuk ke dalam kapela untuk mencium Patung Tuan Ma (Maria Mater Dolorosa). Pada saat masuk, umat diminta untuk melepaskan alas kaki, dan wajib berjalan sambil berlutut mulai dari pintu masuk hingga mencapai depan Patung Tuan Ma. Hal ini mencerminkan kita manusia adalah manusia kecil di hadapan Tuhan Yang Maha Esa. Bagian yang dapat diciumpun hanya sebatas pada kaki Patung Mater Dolorasa, kain alas Tumba, maupun lantai depan Tumba.
Hal yang sama juga terjadi di Kapela Tuan Ana. Confreria mengadakan Muda Tuan dan hal-hal lain yang sama persis terjadi pada Kapela Tuan Ma. Juga diadakan cium patung persis dengan apa yang dilakukan di Kapela Tuan Ma. Tradisi ini pun dilaksakan hingga pagi menjelang karena akan ada banyak sekali orang yang hadir untuk mengikutinya. Suatu hal yang masih dipercaya hingga saat ini adalah, air sisa yang digunakan untuk Muda Tuan mengadung suatu khasiat rohani dan juga mujizat. Sejauh mana kebenaran tersebut tergantung kepada iman dari setiap pribadi kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui perantaraan Bunda Maria dan juga Yesus.

4.   Jumad Agung
Setelah semalaman penuh umat mengikuti Penyembahan Sakramen Maha Kudus, cium Patung Tuan Ma dan Tuan Ana maka pada siang harinya akan diadakan Prosesi Laut. Pada Prosesi, umat dari Paroki San Juan Lebao akan mengantarkan Patung Tuhan Yesus Disalibkan melalu laut menggunakan sampan atau dalam bahasa Larantuka disebut Bero. Dimulai dari Kapela Tuan Meninu di Lebao hingga Pantai Kuce dan kemudian diarak menuju Armida sebagai persiapan prosesi pada malam hari. Prosesi ini menarik perhatian banyak orang oleh karena iring-iringan Bero yang membawa Patung Tuhan Yesus Disalibkan diikuti oleh umat dalam jumlah yang besar menggunakan perahu bermotor yang disewakan oleh warga setempat. Peraturan penting dalam mengikuti prosesi laut adalah, perahu atau kapal peziarah DILARANG KERAS mendahului Bero yang membawa Patung Yesus Disalibkan. Kemudian, sebaiknya sepanjang jalan anda berdoa. Dan juga, pilihlah nahkoda kapal, atau anjurkan nahkoda kapal anda untuk tidak meminum minuman keras. Sebab berkaca pada pengalaman pada tahun 2014, terdapat peristiwa naas yang menimpa peziarah saat Prosesi Laut. Kecelakaan membuat sebuah kapal terbalik dan menewaskan sejumlah peziarah. Ada yang tidak ditemukan, karena arus unik dari Selat Gonzalus membuat pencarian menjadi sangat sulit.
Selain itu juga ada prosesi-prosesi lain yang dilaksanakan dalam waktu bersamaan, seperti pengantaran patung Tuan Ma dan Tuan Ana ke Gereja Katedral, yang selanjutnya dilanjutkan dengan Misa Jumat Agung mengenang sengsara Yesus hingga wafat di salib. Ada juga pengantaran Patung Amu Tuan Misericordia oleh Suku Mulowato dan Suku Lawerang menuju Armida Amu Tuan Misericordia.
Pada malam harinya, Prosesi Puncak dari Kegiatan Semana Santa itu sendiri, yaitu Prosesi Pengarakan Patung Tuan Ma dan Tuan Ana mengelilingi Kota Larantuka, sesuai dengan rute yang sudah ditentukan. Patung Tuan Ana dan Patung Tuan Ma diusung oleh petugas yang disebut Lakademu, sosok yang jangan pernah ditanya. Prosesi dimulai dari Gereja Katedral Larantuka. Patung Tuan Ma dan Tuan Ana akan diarak menuju Armida yang berada di sepanjang rute, hingga kembali masuk ke dalam gereja. Pada satu perhentian dalam perjalanan, akan ada wanita yang disebut Ovos yang mendengunkan lagu-lagu Sementara para peziarah mengikutinya dari belakang sembari memegang lilin dan berdoa. Prosesi ini biasanya memakan waktu dari jam sembilan malam hingga kurang dari jam dua pagi.
Pada tahun 2010, ketika Prosesi Semana Santa memasuki umur tepat 500 tahun, umat sangat membludak. Mereka sangat antusias mengikuti kegiatan ini, hinga pada saat prosesi malam, ketika Patung Tuan Ana dan Tuan Ma sudah kembali dan masuk ke dalam Gereja Katedral Larantuka, peziarah lain belum melakukan prosesi sama sekali karena umat yang hadir terlalu banyak (bagian depan dari barisan prosesi bertemu dengan bagian belakang barisan prosesi).
5.   Sabtu Suci
Dikenal juga dengan Sabtu Suci. Pada kesempatan ini, setelah malam harinya diadakan prosesi perarakan Patung Tuan Ana dan Tuan Ma, pada pagi harinya diadakan kembali perarakan pulang Patung Tuan Ma dan Tuan Ana menuju kapelanya masing-masing, yang masih merupakan kelanjutan dari Semana Santa. Pada saat ini suasana sukacita akan mulai terasa.
Kemudian Confreria melaksanakan Kesumi di Kapela Tuan Ma dan Tuan Ana. Patung-patung tersebut akan disimpan kembali ke dalam kapelanya masing-masing. Setelah Kesumi diadakan upacara tradisional Serah Punto Dama yaitu Tuan Mardomu yang barusan selesai tugasnya kepada Tuan Mardomu yang akan bertugas pada tahun berikutnya. Tuan Mardomu bisa dikatakan sebagai petugas yang bertugas pada kapela-kapela selama Semana Santa. Kapela-kapela ini hanya dibuka sekali dalam setahun, yaitu hanya pada saat Semana Santa saja.
Selesai semuanya, pada malam hari diadakan Perjamuan Ekaristi Sabtu Suci, mengenang Kemenangan Kristus atas segala dosa yang kita perbuat.

6.   Minggu Paskah
Pada pagi harinya, umat bisa mengikuti Misa Paskah. Jam empat sore, akan diadakan perarakan Patung Maria Alleluya dari Kapela Maria ke Reinha Rosari oleh Confreria dan umat lingkungan sekitarnya. Patung akan diletakkan di samping altar, dan kemudian dilanjutkan dengan Misa Paskah yang menandakan telah selesainya kegiatan Pekan Suci di Larantuka atau Semana Santa.

Demikianlah pemaparan singkat dari penulis mengenai Proses Semana Santa di Larantuka. Bagi pengunjung yang mau mengikutinya, silahkan datang langsung ke Larantuka dan mengikuti seluruh kegiatan dengan khidmat. Pesan penulis, pesan sedini mungkin tempat penginapan yang tersedia di Larantuka, karena kebanyakan peziarah dari jauh bahkan luar negeri sudah memesan tempat mereka bahkan satu tahun sebelum perhelatan Semana Santa. Carilah penginapan yang dekat dengan tempat kegiatan supaya jangan terlalu jauh. Dan, jangan pernah bertanya tentang sesuatu, sebab ada hal-hal yang perlu diresapi tanpa harus digali lebih jauh lagi. Jika ada kekurangan penulis minta maaf yahh.. Semoga bermanfaat!

Galeri Foto

Kegiatan Tikam Turo

 
Habis bekerja, ada acara makan-makan bersama juga . 




Suasana Jalan Salib Hidup



Sampai malam kegiatannya..

Nah, kalo ini kegiatan Prosesi Laut

Foto berikut merupakan kedatangan Bero yang membawa Tuhan Yesus Disalibkan
Foto berikutnya adalah pengantaran Tuan Ma dan Tuan Ana menuju katedral diikuti oleh para peziarah.

Confreria..
Lakademu
Ovos
Kapela Tuan Ana
Kapela Tuan Ma


Sekian yahh teman-teman :)