Laman

Monday, March 12, 2018

Tempat Berkumpulnya Para Raja



Hai dunia! Apa kabar jiwa dan ragamu? Setelah berpetualang di Kolibari, akhirnya kita bisa berjumpa kembali, labilholic. Yang kangen angkat tangannya, ayo. Nah itu dari mana saja? Yang dari tadi mana coba? Yang dari keluarga baik-baik ayo siapa saja? Darimana pun kalian berasal, kalian adalah labilholic. Yeah!


Kesempatan kali ini, Petualang Labil akan membawa Labilholic menuju Benteng Tujuh Lapis. Masih ingat cerita Petualang Labil tentang Fulan Fehan? Nah, letak keduanya itu berdekatan, bahkan pacar lima langkah dari rumah. Hubungan mereka juga baik-baik saja. Belakangan jadi galau karena Putri Marino sudah nikah dengan Chico.


Masih ditemani @rudiaadu, labilers awalnya tidak tahu letak persis Benteng Tujuh Lapis itu. Setelah menelpon kerabat Petualang Labil, labilers bergerak maju menang. Gak, itu slogan kampanye orang. Maksudnya, labilers bergerak menuju Benteng Tujuh Lapis. Kalau sudah di Fulan Fehan, letak Benteng Tujuh Lapis berada di sebelah barat. Lihat saja, hutan kecil yang berada agak tinggi letaknya daripada Fulan Fehan.

Labilers tiba juga di depan gerbang Benteng Tujuh Lapis itu. Suasanya, keramat choy. Ada cerita tentang tempat ini. Benteng Tujuh Lapis ini dulunya dikenal dengan nama Benteng Ranu Hitu dan merupakan benteng pertahanan Kerajaan Dirun. Dulu, di Pulau Timor marak terjadi peperangan antar kerajaan atau suku-suku.
Bentuk dan keadaan benteng ini masih alami. Benteng ini dulunya dibuat selama tujuh hari tujuh malam. Dikerjakan dua puluh empat jam penuh. Kerjanya ganti-gantian. Siangnya dikerjakan oleh manusia, nah malamnya itu loh, dikerjakan oleh para arwah.
Bebatuan sebesar kepala anda, yes you! Kepala batu dan besar, kamu bisa bayangkan bagaimana kerasnya? Disusun dengan tinggi sekitar dua meter. Gerbang utama merupakan lapis terluar dari benteng. Rasakan nuansa mistis ketika langkah pertama labilholic menapaki area tersebut. Labilholic akan terus masuk ke dalam melewati lapis kedua, ketiga, hingga bagian inti benteng, Tempat Berkumpulnya Para Raja.
 Seperti yang telah Petualang Labil katakan, suasana alami masih bertahan begitu kuat dan rapi. Sebuah meriam tua masih bersandar di sana.  Tempat berkumpulnya para raja yang terdapat di bagian inti benteng dibuat dalam bentuk melingkar dan di tengahnya terdapat sebuah batu. Konon, batu itu merupakan batu khusus yang digunakan untuk meletakkan kepala musuh yang berhasil dikalahkan. Oalahh, merinding juga ternyata. Saking merindingnya, Labilers tidak berani untuk masuk ke dalam area tempat berkumpulnya para raja. Daripada duduk di sana dan pantat kita seperti kena lem tikus dan tidak bisa berdiri, atau hal buruk lainnya menimpa, lebih baik lihat-lihat saja.


Dan, glekk. Pada sisi lain inti benteng, ada sebuah kuburan batu berukuran besar tergeletak. Berbentuk peti mati. Labilers gugup juga, tapi harus tenang. Hampir seluruh sisi kuburan batu itu dilapisi lumut. Itu adalah kuburan raja suku Uma Metan. Dipercaya juga bahwa seluruh arwah prajurit dan raja masih bersemayam di sana. Sekali lagi, lihat-lihat saja, dan jangan melakukan hal konyol. Kalau sekedar berfoto tidak masalah.



Di bagian belakang benteng terdapat sebuah celah yang berhadapan langsung dengan lembah yang membentang luas. Setelah Petualang Labil cari tahu, namanya adalah Hol Makes. Dari celah itu, prajurit akan memanggil prajurit lain dan masyarakat. Letaknnya memang tinggi, sudah pasti prajurit dan masyarakat dikumpulkan lewat teriakkan yang sangat kuat. Suasana itu, pasti sama dengan suasana film-film kolosal yang menceritakan perang-perang di jaman yang lampau.
Labilers merasa puas dan sekarang waktunya untuk keluar. Wah! Suasana mistis benar-benar terlepas ketika Labilers sudah berada di luar benteng. Benar-benar berbeda. Perlu labilholic ketahui, ketika berada di area benteng, jangan coba-coba untuk melakukan hal-hal yang tidak berkenan. Mengeluarkan kata-kata kotor pun sangat dilarang. Sebagaimana bumi dipijak, di situ pula langit kita junjung.



Saatnya bergerak pulang, tapi tunggu! Ada spot keren yang sayang kalau dilewatkan. Memang waktu datang kemari labilers sudah menandai lokasi tersebut menjadi spot foto. Gunung Lakaan yang bertahta itu bisa menjadi background keren untuk mengisi feed instagram labilholic.


Well then, sekian dulu cerita tidak jelas ala Petualang Labil. Kalau kalian datang ke Benteng Ranu Hitu, jangan melakukan hal-hal yang mengandung unsur negatif. Menjadi seorang petualang itu harus bisa berganti baju sesuai dengan adat-istiadat dari tempat dimana kita berkunjung, apalagi kalau kalian mainnya ke Nusa Tenggara Timur. Adat ketimuran masih dijunjung tinggi di sini. Selain itu, no vandalisme, dan buang sampah sembarangan. Kita menikmati, tidak ada sedikitpun hak untuk merusak keindahan ciptaan Tuhan. Salam Petualang Labil.