Laman

Monday, July 13, 2020

Ongkang-Ongkang di Koka

Hey Wankawanka, gimana kabar kalian semua? Semoga kalian sehat selalu. Dulu frasa “sehat selalu” bertujuan hanya untuk basa-basi membuka percakapan, tapi di saat pagebluk covid-19 ini, “sehat selalu” adalah kondisi yang benar-benar kita inginkan ketika kita mengucapkannya.

Cerita sebelumnya Petualang Labil bersama Labilers pergi ke Kelimutu di Kabupaten Ende, dan kalian dapat membacanya kembali di sini. Nah, cerita Ongkang-Ongkang di Koka ini adalah lanjutan perjalanan kami di hari yang sama setelah kami bertolak pulang dari Kelimutu.


Sekitar pukul 10.00 ribu rupiah kami menaiki mobil dan kembali menuju Maumere. Pantai Koka ini letaknya memang berada di jalur Trans Flores, hanya saja kita harus masuk sedikit lagi melalui jalan kecil yang sudah rusak digerus air dan tidak diperhatikan oleh pemerintah setempat. Tiket masuknya Rp. 20.000 and, Welcome To My Paradise.

Bentangan pantai yang terletak di Kecamatan Paga tersebut terlihat dari tempat parkir. Di sekitar tempat parkir masyarakat lokal yang bermata pencaharian sebagai pedagang sudah duduk di bawah lopo masing-masing dengan kudapan yang dijual kepada para wisatawan yang umumnya datang dalam kelompok, seperti Petualang Labil dan labilers yang datang secara berkelompok.


“Kakak, beli ini kakak, ini moke kakak, tidak perlu jatuh cinta untuk mabuk kakak,”

Orang banyak di sekitaran pantai, mulai dari anak-anak hingga orang tua dan mereka yang berpakaian tertutup, setengah terbuka, dan sedikit lagi terbuka semuanya. Namanya laut, hawa panas menyelimuti pasir, tapi di Koka ini yang membuat nyaman adalah pohon-pohon di sekitar pantai yang membuat memanjakan kelopak mata apabila kita ingin tidur di sekitaran pantai.

Sambil menunggu Luis yang datangnya belakangan karena baru saja menyelesaikan pekerjaan, Petualang Labil dan Labilers beristirahat sejenak, setelah mendapatkan lopo yang tidak ditempati oleh orang-orang yang datang. Om Supir mobil ikan tiduran di mobil.

”Puput, ayo foto-foto dulu,”

“Okey, aku kumpul chakra dulu,”






Salah satu karakteristik dari pantai yang menarik banyak mata untuk melihat keindahannya adalah bentuk pantai yang seperti huruf M. Bukan huruf “M” kapital, melainkan huruf “m” kecil tanpa kaki. Dua lekukan yang membentuk huruf “m” tersebut disambung oleh sebuah bukit yang tepat berada di tengahnya.

“Tunggu Luis saja dulu baru kita naik ke atas bukit.

Sambil menunggu Luis datang, Petualang Labil berjalan-jalan dulu untuk mengambil beberapa gambar dari pantai berpasir putih dengan bebatuan hitam membatasi area laut dan pasir.




Hingga akhirnya mendung dan Luis datang hamper dalam waktu yang bersamaan. Hari sudah sore, dan tanpa menunggu lama kami berlima mendaki bukit kecil yang menjadi persambungan dua cekungan yang tentu menjadi daya tarik Pantai Koka.

Tiket untuk naik ke bukit seharga Rp. 5000 untuk masing-masing pengunjung. Karena tangga di sini masih sederhana (terbuat dari bamboo dan ditempelkan di dinding bukit) pengunjung harus ekstra hati-hati saat menaiki bukit. Selepas tangga bambu adalah setapak yang menanjak tanpa pegangan di sebelah kiri dan kanan, bermodalkan pijakan pengunjung harus tetap hati-hati hingga tiba di atas bukit




Dari atas bukit, bentuk dari Pantai Koka dapat terlihat dengan sangat jelas. Laut lepas tanpa ujung, dan dua bukit besar yang menyembunyikan pantai indah ini adalah hasil lukisan yang Tuhan bentuk untuk menambah keindahan Pantai Koka. Kami dapat berfoto bebas karena cuman Labilers yang ada di atas bukit ini.


“Eh ayo turun, kita harus segera pulang buat istirahat. Kasihan juga om supir sudah tunggu dari tadi, walaupun nanti kita dibuat lagi kek ikan,”

“Puput, nanti kamu omong dia biar pulang pelan-pelan saja bawa mobilnya, soalnya ada anak kecil jalan dengan kita nih,”

Pukul 17.00 ribu akhirnya kami meninggalkan lokasi Pantai Koka. Perjalanan hari itu, dari pukul 04.00 hingga kami menyelesaikan sehari penuh untuk berpetualang adalah saat yang tidak akan Petualang Labil lupakan. Dari sejak kuliah sudah mengenal Koka dan sedari kecil sudah mengenal Kelimutu, akhirnya syahwat itu terpenuhi juga.

Tapi petualangan Petualang Labil bersama Chent, Puput, Vester dan Luis kali ini belum berakhir yah. Kalian akan Petualang Labil bawa lagi menuju tempat- tempat menarik lainnya di Maumere.. Semoga kalian tetap terhibur di masa pagebluk ini, dan menjadi petualang yang mencintai alam secara bertanggung jawab. Sampai jumpa di cerita selanjutnya.