“Sebutkan
namanya. Aku ingin disiram rindu kala ucapanmu terngiang di telingaku. Perasaan
ini masih saja meluap-luap karena langkah kaki masih dibelenggu jarak. Aku
ingin pulang kepada masa kecilku ketika berlari di lapangan rumput. Aku tahu
aku akan ditelan hijaunya sabana. Aku suka wajahku disiram lembayun senja.”
Hallo
Labilers! Wahh, kita bertemu lagi nihh guys. Gimana nihh kabarnya?
“Walahh
ko sehat lahh..”
“Kau
omong jangan muncrat lahh..”
Semoga
kalian dalam keadaan yang sehat walafiat. Kalau lagi sementara sakit, baca saja
blog Petualang Labil, dijamin deh, akan sembuh. Yakin? Bacalah sambil minum
obat yang teratur, jaga pola makan, dan istirahat yang cukup maka kalian akan
sembuh.
“Kalau
sakitnya ditinggal kekasih?”
MODAR!
Nahh
Labilers, kali ini Petualang Labil akan membagikan pengalaman Petualang Labil
di Naioni. Kebanyakan yang tinggal di Kota Kupang pasti tidak asing dengan nama
Naioni kan? Yapp, benar sekali. Naioni merupakan sebuah kelurahan yang masuk dalam
wilayah administrasi Kota Kupang. Tidak asing juga kan, dengan Taman Baca yang
diresmikan Ibu Ani Yudhoyono?
“Awas
disinggung sama memo di Instagram om,”
Kalau kalian
bertanya, apa istimewanya Naioni? Kelurahan yang terletak di sudut luar Kota
Kupang itu memang dianggap tidak begitu istimewa oleh kebanyakan orang di Kota
Kupang, pun demikian dengan pemikiran Petualang Labil pada awalnya. Hanya saja,
ketika mengikuti kegiatan Bakti Sosial dari kelompok Orang Muda Katolik Paroki
Santa Famila Sikumana, masyarakat setempat bercerita tentang sebuah padang
rumput yang berada di lingkar luar kelurahan tersebut.
Berdasarkan
penjelasan warga, Petualang Labil bersama dengan beberapa teman OMK mencoba
menelusuri jalan pikiran, salah, jalan kelurahan Naioni. Melewati bererapa
tikungan, Valentino Rossi yang sudah tidak muda lagi masih bisa memberikan
perlawanan sengit kepada bekas kompatriotnya di Yamaha, Jorge Lorenzo.
Kehidupan mereka pun berakhir bahagia karena Marq Marques mentraktir mereka
makan daging anjing dengan sayur kol.
Akhirnya
tiba juga di padang yang dimaksudkan oleh para warga Naioni. Letaknya tidak
terlalu jauh. Sedikit bergelombang tekstur tanahnya, mungkin bekas kebun milik
masyarakat. Singgasana hijau itu dimahkotai oleh perbukitan. Yang membuat
tempat ini tampak luar biasa adalah, terbenamnya matahari di pelupuk sebelah
barat bumi.
Langit
sore itu tidak tampak terluka dengan hadirnya beberapa awan hitam pembawa
hujan. Sama sekali tidak buruk sama sekali tidak buruk sama sekali, Ferguso.
Lembayun senja, sinar jingganya seperti melambai-lambai. Di dalam bola mata
itu, aku bisa melihat cahaya mentari terpancar, dan dari hati itu, aku bisa
merasakan kehangatannya.
“Seluruh
kota merupakan tempat bermain yang asyik, oh senangnya aku sibuk sekali,”
Petualang
Labil benar-benar menikmati nuansa itu. Rasanya lebih nikmat daripada daging
anjing dengan sayur kol. Jika kalian merasa jatuh cinta, jangan membuat hati
dan pikiran kalian menjadi rancu. Datang saja dan ambil beberapa gambar. Semua
itu tidak menjadi masalah, yang penting kalian tidak merusak tempat ini dengan
sampah, vandalism, dan pikiran kotor kalian.
Sekian
dari Petualang Labil kali ini. Untuk semua pembaca, Petualang Labil mengucapkan
Selamat Hari Natal dan Tahun Baru. Semoga tahun 2019 tidak ada drama politik
biar Indonesia bisa lebih maju lagi. Salam Pesona Indonesia.
Hyess! Foto-fotonya memukauuuuuu.
ReplyDeleteThank you ka Tuteh senior 😁😁
DeleteSama-sama... ayo belajar merapikan blog supaya gambar pendukung tidak lari kanan kiri *mulai cari hal* hahahah :D
DeleteIya ka Tuteh.. Sy msh bljr merapikan blog.. Klo tdk rapi mmg bikin jengkel 😁
DeleteHahahaa ... sama-sama masih belajar kita *toss*.
ReplyDelete