Hey!
Labilholic, jumpa lagi di Blog Petualang Labil! Salam buat kalian semua yang
sedang duduk-berdiri, makan-minum, tidur-bangun, jalan-lari, pagi-sore, siang-malam,
dan apapun itu yang sedang kalian lakukan di permukaan bumi yang tidak datar
ini, dan tentu saja indah mengkilap sedap, karena bumi yang diciptakan Tuhan
ini adalah karya cipta dengan seni tertinggi, artistik dari sudut pandang
manapun kalian melihatnya. Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugerah, kenapa
malah nyanyi?
Well,
seperti janji yang sempat Petualang Labil berikan, jelas bukan sebuah janji palsu,
bahwa postingan terbaru kali ini akan Petualang Labil berikan cerita perjalanan
yang Labilers lakukan ke, NOINBILA! Bro! Aku sangat bersemangat! Biar tidak
lama-lama lagi, Petualang Labil kali ini beranggotakan Iwan, Erik, Rony
(@ony_wae), Torres (@rudiadu) dan aku. Iya benar, akuhh Gohan (@gaudiano_cole)
kakak. Labil benar ya?
Spot
trip di Noinbila ini adalah sebuah drama kehidupan yang mengalir mengikuti
delta yang diapiti oleh dinding alami. Semoga kalian mengerti apa yang kalian
baca, karena saya sendiri bingung, apa yang sedang saya tulis ini? Pokoknya,
spot trip Noinbila ini adalah sebuah aliran air sungai yang cukup panjang,
dimana di sebelah kiri dan kanan aliran tersebut adalah dinding alam yang cukup
tinggi. Fenomena alami ini begitu indah, apalagi air di sini sangat sejuk.
Kalau kalian masih tidak mengerti, itu ada gambarnya. Obat, masih belum
mengerti juga deskripsi di atas? Datang langsung aja yuk?
Noinbila
ini, Labilholic, letaknya bersebelahan dengan Noelaku, yang ada Air Terjun Hati
itu. Biar mampir sebentar di sini kalau penasaran tentang Air Terjun Hati, klik
Ungkapan Cinta Semesta. Jadi keuntungan sendiri kalau kalian ingin berpetualang
ke dua tempat berbeda dalam waktu yang tidak terlalu lama. Yang penting adalah
bisa jaga keadaan sekitar ketika berkunjung, dengan tidak membuang sampah
sembarangan dan tidak melakukan vandal. Itu dua harga minimal ketika
berpetualang.
Kembali
ke Noinbila, pemandangan indah berupa perbukitan yang diliputi oleh hijau
dedaunan menyambut kami dengan ramah begitu menapakkan kaki di gerbang masuk
dengan tidak lupa membayar biaya pass masuk. Ya benar, tolong bayar lah. Muke
lu gratis. Di sini juga anginnya terasa begitu segar walaupun agak dingin.
Nikmat juga kalau berkemah di sini, apalagi kalau malam, berdua bersama kamu,
beratapkan langit malam dengan miliaran lampu bintang, secangkir kopi hangat
berdua, lalu kembali ke dunia nyata aku jomblo, jomblo lagi menghayal. Ya ampun.
Dari
gerbang masuk, Labilers yang menggunakan sepeda motor langsung menuruni bukit
dan memarkir motor di bawah pohon. Setelah mendapat posisi yang pas kami lalu
melanjutkan dengan berjalan kaki menuruni setapak, menembusi cemara hutan,
bertemu dengan seorang mama yang menenteng sebuah bawaan yang isinya pakian
basah bersama anaknya sedang menangis. Suaminya lalu menyusul dari belakang
dengan sepeda motor bersama buntelan besar pakian. Sepertinya mereka baru
pulang berbelanja, pantas saja anaknya menangis, pasti ingin dibelikan sesuatu
ketika di pasar tadi. Pasar gaib, mana ada pasar di sini? Itu orang baru
selesai cuci pakian bang. Jelaslah, kita kan sudah sampai di aliran air, dan
tebing yang mengapiti aliran itu menyambut bagai gerbang. Dari dalamnya air
berduyun-duyun mengalir deras nan lembut. Kita bisa saja langsung masuk dari
situ, tapi dengan perhitungan kondisi tenaga, kami lebih memilih untuk naik ke
tebing dan menyusuri tebing lalu melihat alirannya dari atas. Jelas penelusuran
ini lebih menarik daripada harus menelusuri kenangan waktu itu. Ciat!
Kami
berjalan menelusuri tebing. Walaupun Torres kakinya sedikit sakit dan Erik
mengeluh lapar, kami tetap melanjutkan perjalanan. Kami berjalan melewati spot
yang sudah umum dipajang di instagram. Lumayan banyak orang juga di sana. Aku
lihat-lihat, oh, tidak ada mantanku di sana. Buat apa juga mereka ada di sini?
Dan kami terus berjalan agak jauh, melewati batang pohon besar yang sudah
roboh, hingga kami menemukan satu spot foto. Oke di sini? Tidak saudara-saudariku
sekalian, kami terus berjalan, melewati beberapa terjun kecil hingga mentok di
sebuah air terjun yang kecil, tapi airnya sangat deras. “Ini Air Terjun Tagepe!
Beta yang kasih nama.” Si Iwan, langsung saja memberi nama tempat itu. Cekatan juga
rupanya. Memang dilihat, air terjun kecil itu dijepit pula dua tebing kecil
sehingga terlihat seperti tempat aliran air terjun (Tagepe=Terjepit). Dan karena sudah mentok,
kami memutuskan kembali ke tempat sebelumnya, dengan syarat, foto dulu.
Dan
begitulah, kamipun memutar haluan kembali ke belakang, dan menikmati spot foto
yang kami lewati tadi. Aktifkan mode narsis, and, foto yukk.
Siapa
yang bilang Labilers tidak kelelahan? Kita kelelahan, lelah dengan kisah yang
terlalu lama kau ukir di atas kayu yang lapuk. Bukan galau, tapi ini sudah
hampir sore. Sesi pemotretan sudah selesai, kami segera berangkat pulang dari
sana. Bukan hanya Erik, kami semua dilanda kelaparan, dan lelah menarik kaki
kami hingga sulit melangkah. Kali ini, selepas setapak yang membelah pohon
cemara hutan, bukit yang saat datang kami turuni, kami akan tanjaki. Dan,
kenapa Erik lagi, lalu Torres juga. Mereka menjadi yang terbelakang saat
menanjak menuju tempat motor diparkir. Ketawa aja, mungkin perut yang besar itu
beban utamanya.
Kami
segera beranjak pulang dari sana. Tiba di rumah Ma’ Ice jam setengah 4 sore.
Kami langsung makan siang secepatnya. Kami bersyukur Ma’ Ice sangat baik kepada
kami. Lelah kami terbayarkan dengan makan siang. Setelah makan siang, kami
segera bersiap kembali ke Kupang. Oh ya, tidak lupa membeli buah tangan berupa
kue cucur di Oesao. Ini adalah kewajiban kalau pulang adventure. Ngomong-ngomong,
Oesao juga keren mbloo.
Begitulah,
akhirnya perjalanan panjang saat pulang lebih cepat karena tidak ada arisan
jomblo saat perjalanan pulang. Kami tiba jam 7 malam, dan saatnya melepaskan
kepenatan dengan beristirahat di rumah masing-masing.
Eitzz,
satu lagi. Buat teman-teman di Kota Kupang yang suka bepergian menggunakan
sepeda motor, ini Labilers rekomendasikan satu bengkel, namanya RBS Motor yang
terletak di jalan WJ. Lalamentik dekat terminal Oebufu, sebagai bengkel yang
cocok buat service motor kalian. Di sini kalian bisa service karburator,
setting injeksi buat yang motor injeksi. Bengkel ini juga spesial karena kalian
bisa ganti ban motor menggunakan alat khusus yang bernama Tyre Changer, jadi
velg motor kalian tidak akan rusak, bahkan tergores. Aman kan choy? Aman lahh.
Jadinya, motor kalian bakal tetap nyaman buat adventure.
Dan
berakhir sudah cerita saya untuk trip kali ini. Alam Tuhan terlalu luas untuk
didatangi satu-persatu. Tapi hasrat ini memang tinggi untuk selalu bercengkrama
dengan angin. Manusia itu memang ditakdirkan menjadi penguasa ciptaan Tuhan,
tapi sudah menjadi kelemahan manusia berpikir sebagai penguasa, maka manusia
tidak peduli dengan manusia lain. Itulah yang disebut egois. Kita mesti
berpikir bahwa alam disediakan Tuhan untuk dimanfaatkan bersama, maka kita
wajib menjaga dan melestarikan alam ini. Jangan dirusak! Salam lestari buat
kesadaran kita semua, salam Petualang Labil!
Wuih,, itu air yg mengalir diantara 2 tebing keren banget... Ini baru hits sekarang2 kah??? Dulu 2 tahun stay di Kupang tapi gk pernah denger ada orang bahas tempat ini..
ReplyDeleteMasih jauh dari Kupang bang.. Tapi Iya tempatnya keren..
Delete