Larantuka, sebuah kota kecil yang
berdasarkan administrasi merupakan ibukota Kabupaten Flores Timur terletak di
Kawasan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kota eksotis dengan panorama alam yang
masih tergolong alami ini, terletak memanjang sepanjang garis pantai.
Nah, di kota inilah hidup suatu tradisi
devosional bagi umat khatolik Keuskupan Larantuka yang disebut Pekan Suci di Larantuka,
atau lebih akrabnya disebut dengan Semana Santa. Kesempatan ini juga selalu diikuti
oleh peziarah yang berduyun-duyun dari bermacam-macam tempat di Indonesia,
bahkan luar negeri.
Tradisi yang sudah hidup lebih dari lima abad dan masih akan selalu hidup ini
selalu dirayakan pada setiap momen paskah. Mau tahu apa itu tradisi Semana
Santa dan bagaimana jalanya perayaan sudah berumur lima abad tersebut? Berikut
ulasannya sebagaimana dikutip dari buku Hari
Bae di Nagi Tana (Pekan Suci di Larantuka) yang ditulis oleh Romo
Fransiskus Emanuel da Santo, Pr. dan Drs. Bernardus Tuhan, dan pengalaman
penulis sendiri setelah bebarapa kali mengikuti secara langsung Semana Santa di
Larantuka.
1.
Minggu Daun-Daun
Sebagaimana bagi umat Khatolik di seluruh dunia, dalam
kalender liturgi terdapat suatu jajaran waktu dengan range tujuh hari dalam
satu tahun, ditetapkan sebagai Pekan Suci yang diawali dengan Minggu Daun-Daun
sebagaimana hal ini dipertahankan dalam Tradisi Gereja Khatolik untuk
memperingati Tuhan Yesus yang disorak-soraki sebagai Mesias, disambut sebagai Raja
ketika masuk ke dalam kota Yerusalem (Hosana
Filio David).
Di Larantuka sendiri, Minggu Daun-Daun disebut dengan Dominggu Ramu yang diawali dengan misa Minggu Daun-Daun dan juga diadakan
prosesi perarakan sebagai salah satu perayaan devosional. Confreria (Sahabat Kristus) mengadakan perarakan keliling Gereja
Katedral Larantuka. Perarakan ini dinamakan Persisan.
2. Rabu Trewa
Pada hari berikut setelah Minggu Daun-Daun (senin-selasa) belum ada kegiatan Semana Santa. Umat, dan
para peziarah yang sudah ada pada saat ini dapat melakukan kegiatan-kegiatan
rohani sebagai persiapan untuk menyambut Trihari Suci Gereja Katolik. Misalnya berkunjung
ke tempat-tempat doa yang ada di Larantuka, atau menonton Jalan Salib Hidup.
Jalan Salib Hidup merupakan pertunjukkan drama penyiksaan Tuhan Yesus yang
diperankan oleh Orang Muda Katolik Keuskupan Larantuka. Ada juga orang-orang
yang melakukan Tikam Turo, yaitu
memasang pagar kayu yang digunakan untuk memasang lilin pada saat perarakan
Devosi Jumat Agung. Beberapa orang juga bertugas untuk membuat Armida, tempat perhentian pada saat
Devosi Jumad Agung.
Pada hari rabu barulah kita akan melaksanakan salah satu
tradisi khusus, yaitu Rabu Trewa.
Pada pagi hari akan diadakan upacara mengaji
(berdoa). Kemudian pada sore hari Mama Muji (Ibu-Ibu yang berdoa dengan cara memuji Bunda Maria).
Malam harinya, Confreria bersama umat
melaksanakan Lamentasi atau Ratapan Nabi Yeremia di Gereja Katedral
Larantuk dengan corak Portugis.
Ada hal yang semacam disayangkan adalah mulai berkurangnya
tradisi pada Rabu Trewa. Setelah
mengadakan Lamentasi, umat membunyikan bunyi-bunyian dengan memukul maupun
melempari benda-benda yang mampu menimbulkan bunyi berisik sambil berteriak
“TREWA! TREWA! TREWA! TREWA!” Bunyi-bunyi tersebut merupakan tanda memasuki
masa tenang. Khusuk. Dalam ketenangan ini, kita dilarang untuk mengadakan pesta
apapun itu, meminum minuman keras, membuat keributan (Bestori), dan beberapa hal lainnya. Malahan, dahulu pada saat Rabu Trewa semua yang berada di luar
Larantuka kembali sebagai persiapan menyambut Tri Hari Suci.
3.
Kamis Putih
Sebagaimana yang terjadi dari dulu di seluruh dunia, umat Katolik
berbondong-bondong pergi ke gereja untuk merayakan Perayaan Misa Kamis Putih.
(jelaskan makna misa kamis putih)
Setelah perayaan misa selesai, bisa dibilang Larantuka sudah
memulai dengan “periode sibuk”. Seingat penulis, pada saat ini, Umat Katolik di
seluruh kota Larantuka akan tumpah ruah untuk mengikuti Adorasi atau
penyembahan kepada Sakramen Maha Kudus di gereja. Dari waktu selesainya Misa
Kamis Putih sampai dengan pagi hari, umat akan bergantian mengadakan Adorasi
sesuai dengan jadwal yang telah dibuat oleh Panitia Semana Santa.
Selain Adorasi, umat juga akan berkunjung ke Kapela Tuan Ma atau Kapela Maria untuk mencium
Patung Tuan Ma atau Bunda Maria Mater
Dolorosa. Sebelum umat diperbolehkan untuk mencium Patung Bunda Maria, di
Kapela Tuan Ma, oleh Confreria diadakan upacara Muda Tuan yaitu membersihkan,
memandikan, dan merias Patung Tuan Ma.
Dalam busana biru lasuardi, Patung Maria Mater Dolorosa diletakkan di atas Tumba atau usungan di tengah kapela.
Lalu devosi dapat dimulai. Dimulai dari Raja dan Keluarga Kerajaan Larantuka
akan mencium Patung Maria Mater Dolorosa. Diikuti oleh Badan Pemerintah Confreria. Setelah itu pintu kapela akan
dibuka, dan umat yang sudah masuk dapat masuk ke dalam kapela untuk mencium
Patung Tuan Ma (Maria Mater Dolorosa).
Pada saat masuk, umat diminta untuk melepaskan alas kaki, dan wajib berjalan
sambil berlutut mulai dari pintu masuk hingga mencapai depan Patung Tuan Ma. Hal ini mencerminkan kita
manusia adalah manusia kecil di hadapan Tuhan Yang Maha Esa. Bagian yang dapat
diciumpun hanya sebatas pada kaki Patung Mater Dolorasa, kain alas Tumba, maupun lantai depan Tumba.
Hal yang sama juga terjadi di Kapela Tuan Ana. Confreria mengadakan Muda
Tuan dan hal-hal lain yang sama persis terjadi pada Kapela Tuan Ma. Juga diadakan cium patung
persis dengan apa yang dilakukan di Kapela Tuan
Ma. Tradisi ini pun dilaksakan hingga pagi menjelang karena akan ada banyak
sekali orang yang hadir untuk mengikutinya. Suatu hal yang masih dipercaya
hingga saat ini adalah, air sisa yang digunakan untuk Muda Tuan mengadung suatu khasiat rohani dan juga mujizat. Sejauh
mana kebenaran tersebut tergantung kepada iman dari setiap pribadi kepada Tuhan
Yang Maha Esa melalui perantaraan Bunda Maria dan juga Yesus.
4.
Jumad Agung
Setelah semalaman penuh umat mengikuti Penyembahan Sakramen
Maha Kudus, cium Patung Tuan Ma dan Tuan Ana maka pada siang harinya akan
diadakan Prosesi Laut. Pada Prosesi, umat dari Paroki San Juan Lebao akan
mengantarkan Patung Tuhan Yesus Disalibkan melalu laut menggunakan sampan atau
dalam bahasa Larantuka disebut Bero. Dimulai
dari Kapela Tuan Meninu di Lebao hingga Pantai Kuce dan kemudian diarak menuju
Armida sebagai persiapan prosesi pada malam hari. Prosesi ini menarik perhatian
banyak orang oleh karena iring-iringan Bero
yang membawa Patung Tuhan Yesus Disalibkan diikuti oleh umat dalam jumlah
yang besar menggunakan perahu bermotor yang disewakan oleh warga setempat.
Peraturan penting dalam mengikuti prosesi laut adalah, perahu atau kapal peziarah
DILARANG KERAS mendahului Bero yang
membawa Patung Yesus Disalibkan. Kemudian, sebaiknya sepanjang jalan anda
berdoa. Dan juga, pilihlah nahkoda kapal, atau anjurkan nahkoda kapal anda
untuk tidak meminum minuman keras. Sebab berkaca pada pengalaman pada tahun
2014, terdapat peristiwa naas yang menimpa peziarah saat Prosesi Laut.
Kecelakaan membuat sebuah kapal terbalik dan menewaskan sejumlah peziarah. Ada
yang tidak ditemukan, karena arus unik dari Selat Gonzalus membuat pencarian
menjadi sangat sulit.
Selain itu juga ada prosesi-prosesi lain yang dilaksanakan dalam waktu bersamaan, seperti pengantaran patung Tuan Ma dan Tuan Ana ke Gereja Katedral, yang selanjutnya dilanjutkan dengan
Misa Jumat Agung mengenang sengsara Yesus hingga wafat di salib. Ada juga
pengantaran Patung Amu Tuan Misericordia oleh Suku Mulowato dan Suku Lawerang menuju Armida Amu
Tuan Misericordia.
Pada malam harinya, Prosesi Puncak dari Kegiatan Semana
Santa itu sendiri, yaitu Prosesi Pengarakan Patung Tuan Ma dan Tuan Ana mengelilingi
Kota Larantuka, sesuai dengan rute yang sudah ditentukan. Patung Tuan Ana dan Patung Tuan Ma diusung oleh petugas yang disebut Lakademu, sosok yang jangan pernah ditanya. Prosesi dimulai dari
Gereja Katedral Larantuka. Patung Tuan Ma
dan Tuan Ana akan diarak menuju Armida yang berada di sepanjang rute,
hingga kembali masuk ke dalam gereja. Pada satu perhentian dalam perjalanan, akan ada wanita yang
disebut Ovos yang mendengunkan
lagu-lagu Sementara para peziarah mengikutinya dari belakang sembari memegang
lilin dan berdoa. Prosesi ini biasanya memakan waktu dari jam sembilan malam
hingga kurang dari jam dua pagi.
Pada tahun 2010, ketika Prosesi Semana Santa memasuki umur
tepat 500 tahun, umat sangat membludak. Mereka sangat antusias mengikuti
kegiatan ini, hinga pada saat prosesi malam, ketika Patung Tuan Ana dan Tuan Ma sudah
kembali dan masuk ke dalam Gereja Katedral Larantuka, peziarah lain belum
melakukan prosesi sama sekali karena umat yang hadir terlalu banyak (bagian
depan dari barisan prosesi bertemu dengan bagian belakang barisan prosesi).
5.
Sabtu Suci
Dikenal juga dengan Sabtu Suci. Pada kesempatan ini, setelah
malam harinya diadakan prosesi perarakan Patung Tuan Ana dan Tuan Ma, pada
pagi harinya diadakan kembali perarakan pulang Patung Tuan Ma dan Tuan Ana menuju
kapelanya masing-masing, yang masih merupakan kelanjutan dari Semana Santa.
Pada saat ini suasana sukacita akan mulai terasa.
Kemudian Confreria
melaksanakan Kesumi di Kapela Tuan Ma dan Tuan Ana. Patung-patung tersebut akan disimpan kembali ke dalam
kapelanya masing-masing. Setelah Kesumi
diadakan upacara tradisional Serah Punto
Dama yaitu Tuan Mardomu yang
barusan selesai tugasnya kepada Tuan
Mardomu yang akan bertugas pada tahun berikutnya. Tuan Mardomu bisa dikatakan sebagai petugas yang bertugas pada
kapela-kapela selama Semana Santa. Kapela-kapela ini hanya dibuka sekali dalam
setahun, yaitu hanya pada saat Semana Santa saja.
Selesai semuanya, pada malam hari diadakan Perjamuan
Ekaristi Sabtu Suci, mengenang Kemenangan Kristus atas segala dosa yang kita
perbuat.
6.
Minggu Paskah
Pada pagi harinya, umat bisa mengikuti Misa Paskah. Jam
empat sore, akan diadakan perarakan Patung Maria Alleluya dari Kapela Maria ke
Reinha Rosari oleh Confreria dan umat
lingkungan sekitarnya. Patung akan diletakkan di samping altar, dan kemudian dilanjutkan dengan Misa Paskah yang
menandakan telah selesainya kegiatan Pekan Suci di Larantuka atau Semana Santa.
Demikianlah pemaparan singkat dari penulis mengenai Proses
Semana Santa di Larantuka. Bagi pengunjung yang mau mengikutinya, silahkan
datang langsung ke Larantuka dan mengikuti seluruh kegiatan dengan khidmat.
Pesan penulis, pesan sedini mungkin tempat penginapan yang tersedia di
Larantuka, karena kebanyakan peziarah dari jauh bahkan luar negeri sudah
memesan tempat mereka bahkan satu tahun sebelum perhelatan Semana Santa.
Carilah penginapan yang dekat dengan tempat kegiatan supaya jangan terlalu
jauh. Dan, jangan pernah bertanya tentang sesuatu, sebab ada hal-hal yang perlu
diresapi tanpa harus digali lebih jauh lagi. Jika ada kekurangan penulis minta
maaf yahh.. Semoga bermanfaat!
Galeri Foto
Kegiatan Tikam Turo
Habis bekerja, ada acara makan-makan bersama juga .
Suasana Jalan Salib Hidup
Sampai malam kegiatannya..
Nah, kalo ini kegiatan Prosesi Laut
Foto berikut merupakan kedatangan Bero yang membawa Tuhan Yesus Disalibkan
Foto berikutnya adalah pengantaran Tuan Ma dan Tuan Ana menuju katedral diikuti oleh para peziarah.
Confreria..
Lakademu
Ovos
Kapela Tuan Ana
Kapela Tuan Ma
Sekian yahh teman-teman :)
No comments:
Post a Comment