Hai
dunia! Apa kabar jiwa dan ragamu? Setelah berpetualang di Kolibari, akhirnya
kita bisa berjumpa kembali, labilholic. Yang kangen angkat tangannya, ayo. Nah
itu dari mana saja? Yang dari tadi mana coba? Yang dari keluarga baik-baik ayo
siapa saja? Darimana pun kalian berasal, kalian adalah labilholic. Yeah!
Kesempatan
kali ini, Petualang Labil akan membawa Labilholic menuju Benteng Tujuh Lapis.
Masih ingat cerita Petualang Labil tentang Fulan Fehan? Nah, letak keduanya itu
berdekatan, bahkan pacar lima langkah dari rumah. Hubungan mereka juga
baik-baik saja. Belakangan jadi galau karena Putri Marino sudah nikah dengan
Chico.
Masih
ditemani @rudiaadu, labilers awalnya tidak tahu letak persis Benteng Tujuh
Lapis itu. Setelah menelpon kerabat Petualang Labil, labilers bergerak maju
menang. Gak, itu slogan kampanye orang. Maksudnya, labilers bergerak menuju
Benteng Tujuh Lapis. Kalau sudah di Fulan Fehan, letak Benteng Tujuh Lapis
berada di sebelah barat. Lihat saja, hutan kecil yang berada agak tinggi
letaknya daripada Fulan Fehan.
Labilers
tiba juga di depan gerbang Benteng Tujuh Lapis itu. Suasanya, keramat choy. Ada
cerita tentang tempat ini. Benteng Tujuh Lapis ini dulunya dikenal dengan nama
Benteng Ranu Hitu dan merupakan benteng pertahanan Kerajaan Dirun. Dulu, di
Pulau Timor marak terjadi peperangan antar kerajaan atau suku-suku.
Bentuk
dan keadaan benteng ini masih alami. Benteng ini dulunya dibuat selama tujuh
hari tujuh malam. Dikerjakan dua puluh empat jam penuh. Kerjanya ganti-gantian.
Siangnya dikerjakan oleh manusia, nah malamnya itu loh, dikerjakan oleh para
arwah.
Bebatuan
sebesar kepala anda, yes you! Kepala batu dan besar, kamu bisa bayangkan
bagaimana kerasnya? Disusun dengan tinggi sekitar dua meter. Gerbang utama
merupakan lapis terluar dari benteng. Rasakan nuansa mistis ketika langkah
pertama labilholic menapaki area tersebut. Labilholic akan terus masuk ke dalam
melewati lapis kedua, ketiga, hingga bagian inti benteng, Tempat Berkumpulnya Para Raja.
Seperti
yang telah Petualang Labil katakan, suasana alami masih bertahan begitu kuat
dan rapi. Sebuah meriam tua masih bersandar di sana. Tempat berkumpulnya para raja yang terdapat di bagian inti benteng
dibuat dalam bentuk melingkar dan di tengahnya terdapat sebuah batu. Konon,
batu itu merupakan batu khusus yang digunakan untuk meletakkan kepala musuh
yang berhasil dikalahkan. Oalahh, merinding juga ternyata. Saking merindingnya,
Labilers tidak berani untuk masuk ke dalam area tempat berkumpulnya para raja.
Daripada duduk di sana dan pantat kita seperti kena lem tikus dan tidak bisa
berdiri, atau hal buruk lainnya menimpa, lebih baik lihat-lihat saja.
Dan,
glekk. Pada sisi lain inti benteng, ada sebuah kuburan batu berukuran besar
tergeletak. Berbentuk peti mati. Labilers gugup juga, tapi harus tenang. Hampir
seluruh sisi kuburan batu itu dilapisi lumut. Itu adalah kuburan raja suku Uma
Metan. Dipercaya juga bahwa seluruh arwah prajurit dan raja masih bersemayam di
sana. Sekali lagi, lihat-lihat saja, dan jangan melakukan hal konyol. Kalau
sekedar berfoto tidak masalah.
Di
bagian belakang benteng terdapat sebuah celah yang berhadapan langsung dengan
lembah yang membentang luas. Setelah Petualang Labil cari tahu, namanya adalah
Hol Makes. Dari celah itu, prajurit akan memanggil prajurit lain dan
masyarakat. Letaknnya memang tinggi, sudah pasti prajurit dan masyarakat
dikumpulkan lewat teriakkan yang sangat kuat. Suasana itu, pasti sama dengan
suasana film-film kolosal yang menceritakan perang-perang di jaman yang lampau.
Labilers
merasa puas dan sekarang waktunya untuk keluar. Wah! Suasana mistis benar-benar
terlepas ketika Labilers sudah berada di luar benteng. Benar-benar berbeda.
Perlu labilholic ketahui, ketika berada di area benteng, jangan coba-coba untuk
melakukan hal-hal yang tidak berkenan. Mengeluarkan kata-kata kotor pun sangat
dilarang. Sebagaimana bumi dipijak, di situ pula langit kita junjung.
Saatnya
bergerak pulang, tapi tunggu! Ada spot keren yang sayang kalau dilewatkan.
Memang waktu datang kemari labilers sudah menandai lokasi tersebut menjadi spot
foto. Gunung Lakaan yang bertahta itu bisa menjadi background keren untuk
mengisi feed instagram labilholic.
Well
then, sekian dulu cerita tidak jelas ala Petualang Labil. Kalau kalian datang
ke Benteng Ranu Hitu, jangan melakukan hal-hal yang mengandung unsur negatif.
Menjadi seorang petualang itu harus bisa berganti baju sesuai dengan
adat-istiadat dari tempat dimana kita berkunjung, apalagi kalau kalian mainnya
ke Nusa Tenggara Timur. Adat ketimuran masih dijunjung tinggi di sini. Selain
itu, no vandalisme, dan buang sampah sembarangan. Kita menikmati, tidak ada
sedikitpun hak untuk merusak keindahan ciptaan Tuhan. Salam Petualang Labil.