Libur
tiga hari, dimulai dari sabtu tanggal 10 September hingga senin 12 September
2016. Waktu yang sangat sempurna untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan.
Apalagi kalau bukan sebuah perjalan ke tempat baru, yang bersembunyi di balik
jejalanan berbatu. TRIP!
Perkenalkan,
orang-orang yang akan mendapat sorotan lampu panggung. Tempat pertama, sebuah
kehormatan kepada satu-satunya gadis yang mengambil bagian dari perjalanan ini,
Trisah. Tempat kedua, pemain lama yang
baru diperkenalkan, Dion. Ada juga Mark, pemain yang sama sekali baru dari semua
perjalanan. Dan aktor intelektual, Gohan.
Mendekati
tri hari libur, Gohan sudah merencanakan banyak perjalanan yang harus ia lalui.
Rencana pertama adalah pergi ke Oinlasi. Tujuannya adalah Desa Suku Dalam Boti
dan Air Terjun Oenitas. Rencana kedua, pergi ke Kolbano. Tinggal di sana selama
dua malam, dan dengan waktu yang panjang itu, banyak spot yang bisa
dieksplorasi. Rencana ketiga, Pantai Liman Semau. Alhasil, semuanya batal!
Tidak
ada uang yang cukup jelas hambatan. Trip membutuhkan modal, jadi apa yang bisa
kamu lakukan dengan selembar uang Rp. 2.000,00 dan selembar uang Rp. 5.000,- di
dalam dompetmu? Dan begitulah, Gohan hanya bisa meratapi setiap menit yang akan
membunuh hari liburnya tanpa bisa melakukan trip.
Darah
berdesir deras di dalam pembuluh anak itu. Ia sudah kepanasan dan tidak tahan
apabila tidak melaju ke arah matahari. Ini sudah hari senin, pukul 11.00
mendekati tengah hari. Ia nekat, meminjam satu lembar biru dari ibunya, sebuah
tindakan yang memalukan karena ia harus meminjam uang ibunya untuk melakukan
tripnya. Seharusnya ia yang sudah mandiri itu membiayai hobinya sendiri. Gohan
lagi apes, gaji dua bulan terakhir belum sampai genggamannya. Nasib lagi tidak
baik. Ia ingin melakukan trip, terkendala biaya. Tapi tanpa trip, dia gila.
Jadi, pinjam saja uang ibunya.
Pantai Fetonai |
Mendekati
11.20 Gohan bergegas cepat ke rumah Mark. Mereka bersiap meluncur ke mana saja
tempat yang ada lalu lalang di pikiran mereka. Sesampai di sana, Mark langsung
berkemas. Dia kemudian menyampaikan kabar mengenai Dion dan Trisah yang juga
ingin melakukan trip. Berempat, mereka bergabung, menjadi Boyband. Oh, bukan,
tapi yang benar adalah teman seperjalanan.
Tepat
12.15 ketika semua persiapan selesai, mereka beranjak menuju Usapi, tempat yang
awalnya direncanakan oleh Gohan dan Mark. Dimulai dari Sikumana, mereka melaju
dengan tenang melewati Belo. Lalu terus ke arah selatan hingga mencapai desa Kuaputu.
Dari sana melewati jalan berbatu di
bawah terik matahari, terasa melarang perjalanan mereka untuk terus berlanjut.
Namun tekad mereka cukup keras untuk mencapai Usapi. Dan begitulah, mereka
terus berjalan bersama roda sepeda motor yang terus melingkar.
Beberapa Warga Yang Beraktifitas |
Sampai
di Usapi, pukul 13.30 WITA. Mereka sedikit beristirahat. “Pantat pegal memang.”
Trisah sedikit meringis. Tidak heran memang. Jalan yang berbatu itu memang
menuntut pengendara untuk extra hati-hati dan berkendara dengan konsentrasi.
Salah jalan, mereka akan berhadapan dengan batu besar yang akan berefek pada
motor menjadi rusak.
Jalan Berbatu |
Tidak
puas hanya di Usapi, mereka melanjutkan perjalanan mereka ke pantai selatan.
Itu adalah pantai yang ada di Fetonai, Desa Tasikona, Kecamatan Nekamese
Kabupaten Kupang. Di sana, warganya masih hidup bergantung dari penghasilan
sebagai nelayan, padahal aset mereka sangat besar untuk diolah menjadi uang
yang cukup, melebihi penghasilan mereka sebagai nelayan. Apalagi, hasil dari
melaut tidak begitu bagus, karena mereka harus menghantar tangkapan mereka ke
kota, yang notabene berjarak lumayan jauh hanya untuk sekedar menghantar ikan.
Jelas, obyek wisata bahari ini perlu dikelolah pemda setempat sebagai sebuah
jalan keluar yang kurang lebih tepat, agar dapat pemasukan sehingga bisa
meningkatkan hajat hidup masyarakat sekitar. Sepanjang pemda bisa memberikan
pembekalan pengelolahan pada masyarakat, dan tidak menjatuhkan pada investor
yang bisanya menjaga keuntungan tanpa menjaga alam, kenapa tidak?
Dari
atas perbukitan, ombak putih sang putri telah melambai. Pukul 14.20, setelah
bertanya kepada warga yang berada di sepanjang jalan, akhirnya rombongan itu
tiba juga di Pantai Fetonai. Tidak ada satu pun orang yang berkunjung ke sana
pada hari itu. Pantai dengan garis pantai cukup panjang itu memaparkan
pemandangan laut selatan hingga di ujung pandangan berwarna biru laut. Angin
pantai selatan yang kuat itu menggulung-gulung ombak yang tidak terlalu besar,
namun sedikit ganas. Rombongan beristirahat sejenak.
Pantai Fetonai |
Pantai Fetonai |
Pantai Fetonai |
Pantai Fetonai |
Setengah
jam, rombongan kembali bergerak. Saatnya menyusuri sisi lain pantai ini. Mengeksplorasi
pantai perawan ini, mereka bergerak dengan kuda besi. Sasaran mereka adalah
sebuah gua. Gua batu tersebut memiliki dua pintu, dan ruangan di dalamnya di
sambung oleh koridor alam. Gua yang tidak luas, tapi jelas nyaman untuk
bersantai di dalamnya. Siapapun yang ke sana akan dimanjakan oleh pasir pantai
yang lembut dengan pemandangan laut menawan dan angin yang menyegarkan.
Gua di Pantai Fetonai |
Gua di Pantai Fetonai |
Gua di Pantai Fetonai |
Gua di Pantai Fetonai |
Gua di Pantai Fetonai |
Setelah
mengeksplorasi gua, Gohan langsung bergerak ke tempat lain untuk mencari sudut
pandang lain menikmati pantai. Sedikit bergerak ke barat, sementara
teman-temannya beristirahat sesaat. Ia menapaki jalan setapak dan tiba di tanah
lapang kecil. Pemandangan lebih menakjubkan dibandingkan dari dalam gua. Dari
sana pantai terlihat lebih luas, dan burung-burung beterbangan dengan bebas di
sana. Tempat yang masih sangat alami. Kekayaan ini perlu di jaga senatural
mungkin, dan dijauhkan dari tangan investor yang ingin meraup keuntungan tanpa
memikirkan keindahan hayati alam ciptaan Tuhan.
Pantai Fetonai |
Pantai Fetonai |
Pantai Fetonai |
“Baru
selesai foto dari sana.”
“Selesai
di sana, di sini juga.”
Pantai
ini memiliki keindahan yang luar biasa. Dari atas gua, pemandangan benar-benar
memanjakan nurani. Pantai ini membuat mereka jatuh cinta akan keindahannya.
Pantai Fetonai |
Pantai Fetonai |
Pantai Fetonai |
Pantai Fetonai |
Pantai Fetonai |
Dua
jam sudah waktu yang dihabiskan oleh Mark, Tri, Gohan dan Dion. Mungkin ini
saatnya pulang. Jadi, mereka langsung mengambil motor masing, dan kembali
menyusuri pantai untuk pulang. Kembali mendaki perbukitan, menapaki jalan
berbatu dengan hati-hati. Istirahat sebentar, mereka mengambil foto senja yang
hampir tertelan di balik perbukitan di sekitar Usapi. Cahaya keemasan masuk
diantara rerimbunan daun cemara, menyinari dengan penuh kuasa. Sebentar lagi
malam, tapi matahari terbenam selalu memberikan bekas berkesan di setiap
.memori para insan.
18.30
petang, pelarian ke Fetonai telah usai. Mereka pulang ke rumah masing-masing.
Perjalan ini sederhana, tapi begitu mengesankan. Menemukan tempat baru untuk
dinikmati, tidak ada salahnya bukan lari dari dunia yang selalu membuatmu
penat. Membuang semua kegalauan akibat kehidupan yang terlalu banyak
memberikanmu tekanan kepada alam. Tenang saja, tidak ada salahnya. Alam akan
mengelolah perasaanmu itu menjadi segar kembali. Seperti dedaunan yang mengubah
Karbon Dioksida menjadi Oksigen agar kita tetap bernafas dan melangkahkan kaki
menuju titik tertinggi dalam hidup kita yang disebut dengan kesuksesan.
“Tempat
ini masih perawan. Masih terlalu bagus. Akan sangat terhormat apabila kita
semua bisa menjaga tempat ini tanpa meninggalkan kerusakan apapun. Jangan buang
sampah sembarangan. Tindakan ini sangat sederhana, tapi kalian harus tahu,
dibalik kesederhanaannya itu, lingkungan bisa tetap bersih, dan akan sangat
menyenangkan menikmati lingkungan yang bersih. Dan juga, tidak perlu menjadi
vandalis dengan mencoret-coret tempat di sini. Aku khawatir, mungkin suatu saat
akan ada manusia-manusia tidak bertanggung jawab datang, kemudian merusak gua
di sini dengan coretan nama busuk mereka. Tindakan yang sangat tidak beretika
bukan? Jadi, marilah kita lebih bertanggung jawab agar alam ini tetap asri, dan
bisa kita estafetkan pada generasi yang akan datang. Salam, dari Fetonai,
pantai perawan.”
Pidato
singkat yang cukup menyentuh dari Mark.
Demikian
perjalanan ini. Jangan mengambil apapun selain foto, dan jangan tinggalkan
apapun selain jejak. Apabila kalian membuang sampah sembrangan, kalian adalah
sampah yang sebenarnya. Salam Trip untuk para petualang! Sampai jumpa di
perjalanan selanjutnya.